Sumber: fimela.com

Judul               : Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan

Pengarang       : Ester Lianawati

Penerbit           : Buku Mojok Group

Terbit               : 2020

Tebal               : xii+292 halaman

Kategori          : Nonfiksi-Gender

Ester Lianawati lewat Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan menghadirkan diskursus seputar psikologi feministik di dalam dunia psikologi yang sangat androsentrik. Sejak dicetuskan pertama kali oleh Karen Horney di tahun 1967 (meskipun sebetulnya embrio psikologi feminis telah ada sejak lama), psikologi feminis mengambil peran yang penting untuk menyelami kedalaman psike perempuan, psike yang dihuni oleh serigala betina dan kekuatan penyihir yang minta dibebaskan.

Meskipun buku ini berisi pengetahuan-pengetahuan penting soal psikologi feminis, tetapi untuk memudahkan pembahasan, setidaknya terdapat tiga area utama yang penting untuk diulas dalam tulisan resensi ini. 

Psikologi Feminis: Apa dan Bagaimana?

Ester langsung menyajikan kritik tajam yang dihimpun dari banyak ahli dan sumber pada bagian pembuka. Kritik-kritik itu di antaranya ditujukan pada dua teori psikologi yang mendasar, yang selama ini banyak diajarkan dalam kelas-kelas pengantar psikologi, yakni psikoanalisis milik Freud dan teori Perkembangan milik Erick Erikson. Baik Freud, maupun Erickson, keduanya sama-sama menyandarkan dan memusatkan perkembangan teori masing-masing pada laki-laki. Erikson contohnya hanya mendasarkan teori tahapan perkembangan individu pada hipotesis semata, sebab ia hanya meneliti dua tahapan saja: tahapan anak-anak dan tahapan remaja. Terhadap tahapan anak-anak ia meneliti anak pada suku Sioux dan Yurok. Adapun, mengenai tahap remaja ia hanya meneliti tiga anak laki-laki, yakni seorang penduduk biasa dari Amerika Serikat, Hitler dari Jerman, dan Maxim Gorky dari Rusia.

Teori eight stages of man milik Erikson melahirkan suatu invisibilitas perempuan sebab hanya didasarkan pada observasi terhadap tiga subjek laki-laki. Lebih lanjut lagi, Erickson bersabda, dalam tahap perkembangan identitas– yang dianggap sebagai tahapan perkembangan yang paling penting bagi seorang individu, identitas perempuan sangat bergantung pada keintiman yang berarti bahwa identitas seorang perempuan sangat ditentukan oleh keberhasilannya menjadi seorang istri dan ibu.

Adapun mengenai Freud, rasa-rasanya telah banyak serangan yang ditujukan kepada konsep penis envy dan Oedipus kompleks miliknya. Pasalnya, keduanya sangat kontroversial. Freud meletakan perempuan dalam status yang pasif sebab perempuan tidak memiliki penis dan klitorisnya telah dikastrasi. Dalam hal ini Freud menyebut bahwa perempuan tidak mengembangkan hukum ayah sehingga superegonya cenderung tak berkembang. Akibatnya, perempuan, menurut Freud cenderung menjadi neurotik.

Ester dalam bagian pertama juga menjelaskan soal penelitian-penelitian neuropsikologi yang kerap kali bias gender. Ia menolak tegas pernyataan anatomy is destiny karena sejatinya otak adalah organ yang dinamis dan berevolusi secara terus-menerus. Perbedaan-perbedaan kognitif justru malah lebih ditentukan oleh faktor sosial-budaya (nurture) dibanding bawaan (nature).

Psike Perempuan: Semesta Yang Tak Terlihat

Serigala betina menurut Ester adalah arketipe perempuan liar. Clarissa Pincola Estes, psikoanalis Jungian melihat kesamaan di antara perempuan dan serigala betina yang berani, peduli pada sesama, dan berintuisi tajam. Liar tak berkonotasi negatif, justri liar memperlihatkan cara untuk menjalani kehidupan sesuai dengan aspirasi terdalam. Perempuan sebenarnya memiliki jiwa serigala betina yang liar ini, namun banyak perempuan yang tak menyadarinya sebab mereka sudah lama ditekan oleh masyarakat. Akibatnya, perempuan cenderung berada pada zona aman. Lewat pembahasan kedua ini, Ester berusaha menyadarkan perempuan untuk lepas dari penjara yang merenggut kebebasannya.

Penjara-penjara tersebut mengambil banyak bentuk. Mulai dari standar kecantikan tak realistis yang membuat banyak perempuan menderita anorexia nervosa dan bulimia nervosa, hingga mitos kesempurnaan soal trinitas ekspektasi peran perempuan: perawan-ibu-pelacur. Situasi yang demikian membuat perempuan tidak memiliki ruang untuk berkembang. Disadari maupun tidak, ekspektasi peran perempuan telah menjadi standar feminitas yang harus diikuti perempuan meskipun standar-standar ini saling bertentangan dan tak realistis. Ester mencontohkan paradoks ini lewat sebuah pertanyaan, bagaimana seorang ibu atau pelacur masih tetap perawan?

Ester, mengutip filsuf Olivia Gazale, menilai bahwa tidak mungkin bagi perempuan untuk memenuhi ketiga tuntutan trinitas peran tersebut. Kondisi yang demikian perlahan menggerogoti kepercayaan diri perempuan, yang mengambil bentuk dalam perasaan insecure terhadap relasinya bersama pasangan. Situasi seperti ini amat rawan sebab berpotensi menempatkan perempuan dalam tipikal hubungan yang beracun. Ketika sudah terjebak dalam hubungan beracun pun, perempuan yang sudah sering dikondisikan dalam zona nyaman takkan memiliki keberanian untuk keluar karena self esteem yang sudah kepalang roboh dan hancur.

Pada akhir pembahasan bagian kedua, Ester mengemukakan sebuah konsep interpretasi ulang milik Carol D. Ryff yang menggagas teori kesejahteraan psikologis dalam upaya melawan budaya yang sakit dan hidup bahagia. Ryff menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan sejahtera secara psikologis jika sudah: 1) menerima diri sendiri, 2) memiliki tujuan hidup, 3) mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, 4) menjadi pribadi yang mandiri, 5) menguasai lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Ryff yang juga seorang perempuan, amat mempertimbangkan konteks sosial-budaya dalam mengembangkan teorinya. Oleh sebab itu, Ryff meyakini bahwa kesejahteraan psikologis seseorang tidak bergantung pada seberapa menyenangkan peristiwa-peristiwa hidup yang dialami orang tersebut. Peristiwa negatif yang dialami tak serta merta membuat seseorang tak sejahtera, yang bisa dilakukan kemudian adalah melakukan interpretasi ulang terhadap pengalaman-pengalaman tak menyenangkan tersebut.

Teori milik Ryff dapat dijadikan suatu model pendekatan yang dapat digunakan perempuan untuk “melawan budaya yang sakit”. Ester mencontohkan pendekatan ini pada kasus perempuan yang sering merasa dikejar standar feminitas. Baginya, perempuan dapat merekonstruksikan kembali standar feminitas yang ada dan melakukan pendefinisian ulang berdasarkan prakarsa diri sendiri supaya terbebas dari jerat standar sosial yang penuh penghakiman.

Mari Membincangkan Soal Kekerasan Terhadap Perempuan

Meskipun konvensi untuk mengeliminasi kekerasan terhadap perempuan sudah disahkan sejak lama (Declaration on The Elimination of Violence Against Women, 1993), tetapi kekerasan terhadap perempuan masih marak terjadi di mana-mana. Kekerasan ini punya wujud yang beragam, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, praktik sunat klitoris, pembunuhan janin dan bayi perempuan, kekerasan seksual, hingga honor killing dan trafficking.

Alasan utama mengapa perempuan sulit sekali keluar dari jerat kekerasan adalah pembungkaman. Perempuan seringkali tidak memiliki kuasa untuk mengadili pelaku kekerasan karena akar budaya patriarkis yang memiliki tendensi blaming the victim. Namun, belakangan ini, akibat kemajuan teknologi, pengadilan terhadap pelaku kekerasan mengambil jalan yang berbeda. Pengadilan ini dilakukan melalui skema call out di media sosial dalam membangun upaya bahwa berbicara adalah resistansi. Gerakan #MeToo dan  #BalanceTonPorc di Prancis menjadi contoh gerakan yang mendorong korban dan penyintas untuk vokal bersuara sekaligus mengungkap pelaku kekerasan. Di Indonesia sendiri, gerakan serupa pernah muncul lewat kampanye Mulai Bicara yang digagas oleh Lentera Sintas.

Hal yang paling menarik dari bagian ketiga buku ini adalah soal pembahasan seksualisasi traumatis. Seksualisasi traumatis merujuk pada pembentukan seksualitas dalam cara yang tak tepat dan disfungsional akibat kekerasan seksual yang dialami. Terdapat dua output utama seksualisasi traumatis. Pertama, sikap menghindari seks yang berujung pada sikap tidak dapat menikmati hubungan seksual. Kedua, sikap berlebihan pada seks yang berujung pada upaya terus menerus dalam mencari pemenuhan kebutuhan seksualnya. Semua ini berakar pada stress intens dan kekacauan ambivalensi perasaan ketika kekerasan seksual berlangsung.

Lebih lanjut lagi, Ester turut menjelaskan soal traumatisasi korban pemerkosaan. Secara singkat, inti dari bagian terakhir buku ini memperlihatkan bahwa pemerkosaan memberikan dampak berarti bagi korban, sebab korban kehilangan otoritas terhadap tubuhnya sendiri. Korban mengalami depersonalisasi yang sangat destruktif. Ester memberikan sebuah pandangan singkat seputar paduan untuk sedikitnya meringankan penderitaan korban kekerasan seksual. Pertama, korban tidak boleh dipaksa untuk bicara sebab itu sama saja dengan mengulangi kembali pemerkosaan yang telah terjadi. Kedua, jangan meminimalisasi penderitaan korban dengan hiburan-hiburan bahwa ia “masih perawan” atau “selaput daranya hanya terluka sedikit”, sebab ini artinya mereduksi keseluruhan kerusakan psikis yang ada. Ketiga, bersikap realistis dan optimis bahwa kejadian yang sudah terjadi memang telah terjadi tetapi apa yang terjadi tak akan menjadi penghalang korban untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

RIZKY RAHMALITA

Editor : SIFA AINI ALFIYYAH

32 thoughts on “Soal Perempuan dan Psike Yang Dimilikinya”
  1. Some genuinely wonderful information, Gladiola I discovered this. “It is the customary fate of new truths to begin as heresies and to end as superstitions.” by Aldous Huxley.

  2. whoah this blog is great i really like reading your articles. Stay up the good work! You recognize, many individuals are searching around for this info, you can help them greatly.

  3. Hi there, I found your website by the use of Google at the same time as searching for a similar topic, your web site got here up, it appears good. I have bookmarked it in my google bookmarks.

  4. It’s a shame you don’t have a donate button! I’d most certainly donate to this fantastic blog! I suppose for now i’ll settle for book-marking and adding your RSS feed to my Google account. I look forward to brand new updates and will talk about this blog with my Facebook group. Chat soon!

  5. I think this is one of the most significant information for me. And i’m glad reading your article. But want to remark on few general things, The site style is great, the articles is really nice : D. Good job, cheers

  6. I believe what you postedtypedsaidthink what you postedwrotesaidthink what you postedwrotesaidbelieve what you postedtypedsaidWhat you postedwrotesaid was very logicala lot of sense. But, what about this?think about this, what if you were to write a killer headlinetitle?content?typed a catchier title? I ain’t saying your content isn’t good.ain’t saying your content isn’t gooddon’t want to tell you how to run your blog, but what if you added a titleheadlinetitle that grabbed people’s attention?maybe get people’s attention?want more? I mean %BLOG_TITLE% is a little plain. You could look at Yahoo’s home page and see how they createwrite post headlines to get viewers interested. You might add a related video or a related picture or two to get readers interested about what you’ve written. Just my opinion, it might bring your postsblog a little livelier.

  7. My brother suggested I might like this website. He used to be totally right. This post actually made my day. You cann’t consider just how much time I had spent for this information! Thank you!

  8. I’ve been exploring for a little for any high-quality articles or blog posts in this kind of space . Exploring in Yahoo I eventually stumbled upon this web site. Reading this info So i’m glad to express that I have a very good uncanny feeling I found out exactly what I needed. I such a lot surely will make certain to don?t overlook this site and give it a look on a constant basis.

  9. Good way of describing, and good piece of writing to get information concerning my presentation subject matter, which i am going to deliver in institution of higher education.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *