Bandung, Jumpaonlline – “Sebelum pandemi biasanya pendapatan 1,2 juta, kalau sekarang (setelah pandemi -red) agak beda. Kadang 500 ribu sampai 700 ribu,” ujar Dede Amia, penjual tahu crispy di Kampus I Unpas Lengkong, saat diwawancarai pada Sabtu, 21 Januari 2023 oleh Jumpaonline.
Dede mengatakan, penjulan setelah pandemi tidak dapat diprediksi, walaupun terkadang pendapatan mengarah pada surplus, tetapi tetap masih belum cukup . Hal ini disebabkan karena mahasiswa yang membeli tidak sebanyak pada saat sebelum pandemi.
Menurut penuturannya, ketika pandemi melanda, bahan-bahan yang disiapkan untuk membuat tahu crispy dikurangi menjadi satu sampai dua papan tahu. Berbeda ketika keadaan masih normal, Dede dapat menyediakan hingga lima papan tahu.
“Kalau waktu pandemi tahu yang disediakan satu sampai dua papan tahu berbeda waktu keadaan kembali normal saya menyediakan hingga lima papan tahu. Namun, saya melihat situasi kalau mahasiswa nya banyak akan ditambahkan bahan-bahannya,” ujar Dede.
Kondisi tersebut juga diamini oleh Ade Rohima, salah satu penjual bubur di Unpas Lengkong, bercerita, pendapatannya pada saat sesudah pandemi masih belum stabil dan kurang. Pendapatan yang didapatkan pada saat pandemi berkisar seperempat dari pendapatannya saat sebelum pandemi.
“Pendapatan pada saat pandemi seperempat, sekarang rada mendingan, tapi belum stabil. Masih juga kurang, tetapi lebih mendingan dari pada saat pandemi,” ujar Ade.
Eceng, salah satu penjual cilung mengatakan, selama masa pandemi ada sedikit penurunan pada penjualannya. Beruntung saat keadaaan kembali normal, ada kenaikan dalam penjualannya meskipun masih belum stabil.
“Saat pandemi mah hanya menjual setengah nya, kalau sekarang mah naik lagi tapi belum normal,” ujar Eceng
AILSA ARGIANTI ELYSIA
Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’
Editor: SIFA AINI ALIFIYYAH