Potret gedung Kampus II Universitas Pasundan, Jl. Tamansari No. 6-8, Tamansari, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat, pada Jumat, 6 Jaunari 2023. (Adinda Malika Trycahyani/JUMPAONLINE)
Potret gedung Kampus II Universitas Pasundan, Jl. Tamansari No. 6-8, Tamansari, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat, pada Jumat, 6 Jaunari 2023. (Adinda Malika Trycahyani/JUMPAONLINE)

Kampusiana, Jumpaonline- Perkuliahan Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan (Unpas) tidak berjalan sesuai rencana. Tertanggal sejak 5 Desember 2022 sampai 3 Januari 2023 pada semester ganjil, perkuliahan yang seharusnya diadakan secara luring sering kali terlaksana secara daring.

Dheni Hermaen, kepala prodi PBSI Unpas mengatakan, imbauan pelaksanaan perkuliahan daring yang diberikan kepada dosen itu sendiri tidak boleh melebihi empat kali pertemuan. Hanya saja, imbauan ini masih bersifat anjuran karena tidak diperkuat oleh surat keputusan. Berkaitan dengan pelanggaran batas maksimal perkuliahan ditangani bersama-sama oleh pihak fakultas dan prodi. Selain itu kebijakan pertemuan secara luring diserahkan pada tangan dosen.

“Iya dikembalikan lagi (baca: keputusan dosen). Yang melanggar atau yang lebih dari empat kali itu diberi perinngatan ringan, berat atau sanksi. Itu masih dibicarakan dalam tingkat pimpinan fakultas dengan pimpinan prodi,” ucap Dheni.

Dheni, lebih lanjut lagi menyatakan, kebijakan perkuliahan semacan ini akan dilaksanakan kembali di semester genap jika tidak ada surat keputusan dari rektorat yang menyatakan perkuliahan secara luring.

“Kita memberlakukan seperti biasa lagi, secara hybrid. Cuman kalau daring, diupayakan jangan melebihi empat kali pertemuan,” tambah Dheni.

Rendy Triandy, dosen pengampu di prodi PBSI mengatakan, keputusan pembelajaran didasarkan pada kesepakatan bersama antara dosen dengan mahasiswa. Ia mengaku selalu berdiskusi dan mengkonfirmasi kembali metode pembelajaran.

“Kenapa jadi daring, kalau saya biasanya tidak sepihak oleh saya, misalnya daring, tapi melihat   dari kawan-kawan kelas, karena beberapa ada yang terkendala misalnya kan di dosen lainnya daring, saya mau luring pun jadi kagok lah ya, sehingga saya pun ikut ke daring,” ucap Rendy.

Marisa, mahasiswa prodi PBSI Unpas menyayangkan keadaan ini. Baginya, selama hampir satu semester pembelajaran secara daring terasa sangat membosankan.

“Saya merasa kalau daring itu kurang mengerti secara full gitu, offline juga kadang kita kurang paham apalagi online,” ujar Marisa.

 

ADINDA MALIKA TRYCAHYANI

Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor : ALISYA NUR FACHRIZA

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *