Potret Kokom Komalawati ketika menceritakan perjuangan nya sebagai buruh dalam diskusi Jurnalisme Kelas Pekerja pada Rabu, 26 Juli 2023 di Balai RW Dago Elos, Bandung. (Muhamad Ariel Septiadi/JUMPAONLINE)

Bandung, Jumpaonline –  Menyoroti perjuangan buruh dalam menyuarakan hak dan menjalankan kewajibannya. Forum Solidaritas Dago Melawan dan Festival Kampung Kota kali ini mengadakan diskusi mengenai “Jurnalisme Kelas Pekerja” yang turut dihadiri oleh buruh, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung, serta BandungBergerak. Diskusi ini dilaksanakan pada Rabu, 26 Juli 2023 di Balai RW 02, Dago Elos, Bandung.

Kokom Komalawati, salah satu pejuang buruh, mengutarakan tidak sedikit media yang lebih tertarik akan menaikan isu sensasi selebritis, sedangkan di sisi lain, ada buruh yang meninggal karena di-PHK, hingga buruh yang tidak dapat berobat, yang sayangnya tidak diangkat menjadi berita.

“Menurut pengalaman saya media lebih tertarik mengangkat isu kontroversial para selebritis, sedangkan di satu sisi ada buruh yang meninggal karena di-PHK dan karena tidak bisa berobat. Itu tidak diangkat menjadi berita dan perhatian publik,” ujarnya.

Ia menambahkan, upaya perjuangan buruh dalam mendapatkan haknya tidak hanya sekadar melakukan aksi saja. Namun dapat pula dilakukan melalui kampanye rutin di media sosial yang berhasil dilirik, namun sayangnya mendapatkan intervensi dari pihak perusahaan.

“Saya ajarkan ibu-ibu bagaimana cara menulis dan juga bermain media sosial untuk terus mengkampanyekan pemenuhan hak dan kewajiban perusahaan terhadap buruhnya. Hingga pada akhirnya, kami mendapatkan intervensi untuk menghapus dan menghentikan kampanye tersebut. Tentu saja kami tolak,” tambahnya.

Di sisi lain, Adi, perwakilan AJI Bandung, menerangkan, sebagai Jurnalis ketika melakukan peliputan, biasanya jurnalis akan mencari tahu terlebih dahulu apa yang terjadi. Soal bagaimana buruh-buruh mendapatkan perlakuan, mereka tidak tahu, sebab wartawan mengetahui banyak hal, namun hanya di permukaan. 

“Sebagai jurnalis, ketika melakukan peliputan, yang pertama mencari tahu apa yang terjadi. Cerita soal bagaimana buruh-buruh mendapatkan perlakuan, mereka tidak tahu. Wartawan itu tau banyak hal, tapi tipis-tipis di permukaan. Apa yang terjadi dibalik tembok pabrik mereka tidak tahu, ” terangnya.

Ia menambahkan, tidak hanya buruh, bahkan semua lapisan masyarakat juga harus mulai bersuara dan bercerita terkait permasalahannya. Pada dasarnya, tidak semua orang tau apa yang tengah terjadi, khususnya para jurnalis.

“Tidak hanya buruh, semua lapis masyarakat termasuk warga yang terkena penggusuran, mahasiswa yang biaya pendidikannya naik tiba-tiba, semua itu perlu memulai untuk bersuara dan bercerita, karena tidak semua orang tau apa yang tengah terjadi,” tambahnya.

 

MUHAMAD ARIEL SEPTIADI

Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: R.SABILA FAZA RIANA

One thought on “Menulis dan Bercerita: Media Perjuangan Buruh untuk Mendapat Haknya”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *