Potret Diskusi bertajuk “Tuturan Tentang Perebutan Ruang” pada Sabtu, 29 Juli 2023 di Balai RW 02, Dago Elos, Bandung. (Rizki Anugrah/JUMPAONLINE)

 

Bandung, Jumpaonline – Perwakilan warga Wadas, Pakel, Gunung Ciremay, dan Kulon Progo berkumpul dalam diskusi bertajuk “Tuturan Tentang Perebutan Ruang” yang diadakan oleh Forum Solidaritas Dago Melawan dan Festival Kampung Kota, Sabtu, 29 Juli 2023 di Balai RW 02, Dago Elos, Bandung. Mereka menuturkan bahwa uang bukanlah solusi, dan dapat menimbulkan masalah baru.

Budin, perwakilan warga Wadas,  menjelaskan bahwa masalah penggusuran bukan dilihat dari seberapa banyak uang ganti rugi yang diberikan, namun bagaimana suatu lahan dapat menjamin hidup warga dari tahun ke tahun. Bahkan, pemerintah tutup mulut atas jaminan ekonomi maupun kesehatan warga Wadas terkait aktivitas tambang batuan andesit.

“Kita tidak membicarakan nominal atau besaran ganti rugi yang akan diberikan pemerintah terhadap warga. Kita membicarakan satu tahun, dua tahun, tiga tahun ke depan kehidupan akan seperti apa. Pernah ada yang bertanya, apa jaminan ekonomi untuk warga Wadas ketika tanah ini ditambang, mereka (pemerintah) enggak berani jawab apa jaminan kesehatan dan ekonomi,” ujarnya.

Ia juga menambahkan, bahwa uang ganti rugi yang diterima beberapa warga tidak menyelesaikan masalah mereka. Uang ganti rugi yang diberikan habis dan malah menimbulkan permasalahan yang baru.

“Mereka yang telah menjual lahannya bingung, karena uangnya sudah dibelanjakan habis. Kami hanya mendengar kabar bahwa mereka yang menerima uang ganti rugi mengalami krisis air,” ujarnya

Parno, perwakilan warga Kulon Progo, menegaskan bahwa uang milyaran tidak menjamin terhidupinya anak-cucu keturunannya. Bukan masalah uang, namun alam hidup yang harus dijaga.

“Uang jumlahnya milyaran itu mungkin gak sampai tujuh turunan, setahun sudah habis. Itu mengkhianati ruang hidup, alam itu harus dijaga, karena alam ini ada yang menciptakan. Uang bukan hasil dari bumi, bukan segalanya,” jelasnya.

Adit, perwakilan warga Pakel, sepakat bahwa uang yang ditawarkan bukanlah jaminan. Warganya bergantung dari tanah yang dimiliki dan dikelola.

“Kalau di Pakel, warga ditawari pihak lawan beberapa milyar untuk tidak menanam dan keluar dari lahan itu. Tapi warga tetap menanam, karena warga sehari-hari penghasilannya dari tanah yang dikelola,” tutur Adit.

 

RIZKI ANUGRAH

Anggota muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: R.SABILA FAZA RIANA

One thought on “Diskusi Festival Kampung Kota: Uang Bukanlah Solusi!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *