Mohamad Sobary sedang menceritakan pengalaman dia selama meneliti petani tembakau Temanggung di Gedung Indonesia Menggugat pada Selasa, 20 September 2016. (Egi Budiana/Jumpaonline)

Bandung, Jumpaonline – “Petani melawan dengan dasyat, indah, lembut dan estetik” Ucap Mohamad Sobary saat menjelaskan tentang perlawanan petani tembakau di Temanggung terhadap peraturan pemerintah (PP no.109 tahun 2012) yang menyusahkan petani. Sobary yang merupakan budayawan menjelaskan hal tersebut di acara diskusi dan peluncuran bukunya yang berjudul Perlawanan Politik dan Puitik Petani Tembakau Temanggung di Gedung Indonesia Menggugat Selasa, 20 September 2016.

Dalam buku itu digambarkan petani tembakau Temanggung menggunakan aksi-aksi yang berkaitan dengan seni atau sastra dalam menyuarakan pendapat mereka. Pernah suatu waktu petani Temanggung menari dengan menggunakan tombak, di lain waktu 10.000 petani berkumpul dekat Gunung Sumbing dan menghisap rokok bersamaan. Asap yang dihasilkan sangat banyak, sehingga menyaingi kabut Gunung Sumbing.

“Perlawanan yang mereka lakukan adalah melawan kebijakan politik dengan cara yang puitik” ucap Sobary, yang pernah menjadi Pemimpin Umum Antara.

Buku yang berasal dari disertasi ini tercipta oleh kegelisahan Sobary kepada peraturan pemerintah yang dapat menghancurkan ekonomi petani tembakau. Pemerintah seharusnya melihat kondisi dari petani sebelum membuat kebijakan politik itu.

“PP no.109 tahun 2012 dapat mengancam sejarah pertanian tembakau yang sudah berusia ratusan tahun,” ujar Hawe Setiawan selaku pembicara dalam diskusi itu.

Hawe menambahkan bila ingin melawan pihak-pihak yang merugikan banyak orang, kita jangan memperuncing sentimen tapi mempertajam argumen. Cara mempertajam argumen itu bisa melalui sastra.

EGI BUDIANA

One thought on “Melihat Perlawanan Petani Tembakau lewat Buku”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *