Sumber: alinea.id
“Kami sudah selayaknya anak tiri pada bumi yang pertiwi ini”
“Suara kami, tempat kami, dan nyawa kami sudah sepenuhnya dikendali”
Rumah demi rumah kian menjadi abu
Melebur pada pijakan negeri yang tak permai seperti dulu
Katanya, sudah diam dulu, ikuti maka akanku ‘ganti’
Sial. Aku termakan bualan yang diucapnya dengan janji nan pasti.
Bukankah, harusnya mereka bisa kami percayakan?
Bukankah, rumah kami sebagai tempat berlindung yang aman?
Lantas, mengapa kini para pemberi perlindungan terasa menakutkan?
Dalih-dalih aman, nyatanya banyak penggusuran, kekerasan, dan pengkhianatan.
Memang kejam!
Tangis darah kami hanya jadi sebuah tontonan
Siapakah kini pelipur lara, nan setia membela bangsa dan warga negara?
Apakah sudah gugur rasa keadilan di negeri ini, sama seperti gugurnya tempat kami?
“Hingga naas, bagian dari kami sudah gugur; Dago, Laswi dan Tamansari,”
PRITA STANIA AGUSTINA