Sumber: Edi Wahyono/detik.com
Selama ini, negara telah banyak memberikan kita pengetahuan tentang kejamnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Pelajaran sejarah mengenai PKI terus diberikan kepada murid-murid, bahkan ketika masih duduk di bangku sekolah dasar kita sudah dikenalkan dengan film yang mengangkat tentang sejarah Gerakan 30 September PKI (G30S PKI). Kita dikenalkan dengan sejarah mengenai bagaimana PKI berusaha menjadikan Indonesia sebagai negara komunis, bagaimana PKI membunuh pahlawan Indonesia, dan bagaimana PKI membunuh orang-orang tak bersalah. Namun tak sedikitpun pemerintah memberikan pendidikan terkait hal ini dari sudut pandang lain, terkhusus pada peristiwa G30S PKI yang menewaskan tujuh tokoh.
Tanggal 30 September 1965 menjadi kenangan buruk yang akan terus diingat dalam benak masyarakat Indonesia. Menurut sudut pandang yang diberikan pemerintah, peristiwa G30S PKI menewaskan tujuh tokoh penting bagi negara Indonesia yang didalangi oleh PKI. Para tokoh PKI saat itu menculik dan membunuh mereka. Dikatakan bahwa peristiwa ini bertujuan untuk mengubah Indonesia menjadi negara yang berideologi komunis dan terdapat pertengkaran dengan TNI AD. Tetapi konflik utama yang terjadi antara PKI dengan pemerintahan adalah mengenai pertentangan ideologi komunis dengan ideologi Pancasila yang kita anut. Perbedaan ideologi ini lantas mengorbankan banyak jiwa yang tak bersalah, gugurnya banyak orang termasuk para tokoh yang kini disebut sebagai pahlawan revolusi. Tak berhenti sampai di situ, kejadian genosida di Indonesia terus berlanjut hingga era Soeharto. PKI diincar oleh negara, keberadaannya terus dicari untuk dimusnahkan sebab Indonesia masih terus berduka akan kehilangan para tokoh penting. Seakan tertutupi dendam, banyak sekali orang-orang yang ‘diduga’ anggota PKI dibunuh tanpa bukti yang kuat.
Peristiwa G30S PKI kemudian dijadikan sebuah film yang diproduksi pada tahun 1984, disutradarai sekaligus ditulis oleh Arifin C. Noer. Dengan terang-terangan dalam film berdurasi 4 jam 31 menit tersebut menceritakan bagaimana kebengisan PKI. Para perwira tinggi Angkatan Darat (AD) diculik ke lubang buaya dan digambarkan mengalami penyiksaan hebat. Tak hanya pada film, terdapat pula pemberitaan sejarah Berita Yudha yang menceritakan bagaimana para tokoh tersebut dibunuh oleh Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dengan cara yang sangat biadab seperti disayat-sayat, dicungkil matanya, dan dipotong alat kelaminnya. Masyarakat awam Indonesia meyakini kebenaran film tersebut, padahal adegan penyiksaan itu bisa jadi terinspirasi dari berita yang dimuat Berita Yudha.
Dalam film G30S PKI ini, ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan fakta namun banyak diyakini oleh masyarakat Indonesia selama ini. Dikutip dari artikel Historia yang berjudul “Film Pengkhianatan G30S/PKI dan Fakta Sejarah”, yang menceritakan ketidaksesuaian film G30S PKI dengan kenyataan sebenarnya, menyebutkan bahwa hasil visum oleh dr. Lim Joe Thay, dr. Brigjen Rubiono Kertopati, dr. Kolonel Frans, dr. Sutomo Tjokronegoro, dan dr. Liau Yan Siang yang menjelaskan bahwa tidak ada penyiksaan seperti yang disebutkan di atas, melainkan tubuh korban hanya dipenuhi luka tembak dan badannya pun masih utuh. Selain itu, dalam film tersebut terdapat adegan yang memperlihatkan tarian-tarian erotis oleh para aktivis Gerwani, yang menggambarkan seolah terdapat pesta besar di lubang buaya. Menurut penelitian Saskia Elionora Wieringa, seorang profesor Universiteit Van Amsterdam, yang kemudian penelitiannya dibukukan pada tahun 1999 dengan judul “Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia”, menyatakan bahwa penggambaran tersebut merupakan bentuk propaganda yang dilakukan media cetak milik tentara yakni Berita Yudha dan Harian Angkatan Bersenjata.Walaupun Gerwani punya kaitan yang sangat erat dengan PKI, mereka tidak terlibat langsung dalam tragedi G30S PKI. Selain itu, tidak ada tarian ataupun pesta yang digelar di lubang buaya.
Film ini dapat dikatakan sebagai suatu hal yang fiksi dan tidak perlu terlalu diyakini kebenarannya, namun pemerintah Indonesia seakan-akan terus berusaha mendoktrin masyarakat dengan cara menayangkan film G30S PKI setiap tahunnya. Faktanya, doktrin yang diberikan pemerintah mengenai PKI melalui film ini, berhasil membuat sebagian masyarakat kita percaya bahwa film tersebut adalah sejarah yang terjadi, tanpa mencari tahu kebenarannya melalui sumber-sumber lain. Masyarakat awam sudah terpengaruh dengan sejarah yang belum tentu kebenarannya. Lantas, apakah munculnya film ini, yang kemudian dipercayai masyarakat sebagai sejarah, dapat menimbulkan bias sejarah? jawabannya adalah iya.
Bias menurut KBBI adalah kecenderungan untuk mendukung atau menentang sesuatu hal, orang, atau kelompok daripada yang lain dengan cara yang kurang adil. Sedangkan bias menurut kamus cambridge yakni sikap berat sebelah, menyimpang, dan mempengaruhi. Sejarah PKI yang beredar melalui film G30S PKI begitu bias, bahkan dapat dikatakan menyimpang sebab tidak ditemukan bukti kuat kebenarannya. Bias sejarah sendiri berarti adanya bias dalam merekonstruksi sebuah kejadian sejarah dan menghasilkan penuturan yang memihak. Film ini sepenuhnya menyudutkan PKI sebagai dalang utama peristiwa G30S PKI, tanpa memberikan sudut pandang lain dan yang sayangnya dipercayai oleh masyarakat. Selama ini kita disuguhkan pelajaran-pelajaran sejarah yang sudah berhasil meyakinkan masyarakat awam bahwa seperti itulah kejadiannya. Namun untungnya, seiring berjalannya waktu mulai muncul bukti-bukti lain ke permukaan, sehingga masyarakat tidak hanya menilai dari satu sudut pandang saja.
Film yang menimbulkan kontroversi berperan besar dalam mendoktrin masyarakat untuk percaya akan sejarah yang terjadi. Hal ini memunculkan bias sejarah yang kemudian banyak diyakini oleh masyarakat Indonesia. Bias sejarah terkait G30S PKI akan semakin menyebar, apabila pemerintah terus melakukan doktrin melalui penayangan film tersebut, tanpa memberikan pemahaman yang sebenarnya dengan sumber yang akurat. Selama ini, banyak masyarakat yang hanya mengetahui peristiwa G30S PKI hanya dari satu sudut pandang yang belum tentu kebenarannya. Film seperti G30S PKI ini seharusnya tidak dijadikan acuan kita terhadap peristiwa sejarah yang sesungguhnya.
Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan munculnya bias sejarah. Misalnya sumber sejarah yang tidak lengkap, tidak akurat, tidak konsisten, atau tidak objektif. Selanjutnya, mungkin metode sejarah yang dilakukan tidak tepat, dalam artian dalam melakukannya bisa saja tidak kritis, tidak ilmiah, atau tidak etis. Selain itu bisa juga karena tujuan sejarah yang salah, bisa berupa tujuan yang tidak jelas, tidak relevan, atau tidak bertanggung jawab. Biasanya, hal tersebut dilatarbelakangi oleh agenda politik, sosial, ekonomi, budaya, ataupun moral. Bias sejarah yang kini menyebar di Indonesia, akan sulit dihentikan apabila masyarakat terus percaya terhadap satu sumber saja.
Dalam menanggapi peristiwa G30S ini kita tidak boleh bias, harus memastikan terlebih dahulu kebenarannya. Mungkin dalam tulisan ini juga terdapat hal-hal yang dapat memicu bias sehingga diperlukannya mencari sumber-sumber lain untuk menghindari bias tersebut. Cara yang tepat untuk menghindari adanya bias sejarah adalah membandingkan antara satu sumber dengan banyak sumber lainnya yang akurat. Peristiwa G30S PKI ini membutuhkan lebih banyak bukti akurat untuk menghindari bias sejarah. Diperlukan kesadaran untuk tidak hanya percaya pada satu sumber saja, tanpa mempertimbangkan kemungkinan lain yang terjadi. Segala bentuk informasi sejarah harus dikonfirmasi dengan adanya bukti, agar tidak menimbulkan bias sejarah seperti yang terjadi pada peristiwa G30S PKI. Tidak ada maksud untuk membela PKI yang menurut sejarah Indonesia telah merugikan bangsa Indonesia, hal itu benar adanya bahwa PKI banyak merugikan bangsa. Akan tetapi, sejarah merupakan suatu peristiwa penting yang diperlukan keakuratannya agar tidak menjadi bias sejarah dan terkesan melebih-lebihkan suatu peristiwa. Memandang suatu sejarah dari berbagai sudut pandang dapat menjadi langkah yang tepat, dibandingkan hanya percaya pada satu sumber saja.
ALYA NATASYA S
Editor : HAIDAR ALI
Referensi:
Film Pengkhianatan G30S/PKI dan Fakta Sejarah (27 September 2023)
Film Pengkhianatan G30S/PKI dan Fakta Sejarah – Historia
CIA dan Daftar Anggota PKI yang Dihabisi (27 September 2023)
CIA dan Daftar Anggota PKI yang Dihabisi – Historia
Bias adalah Prasangka Sesaat, Ketahui Cara Mengendalikannya (28 September 2023)
Apa Itu Bias Sejarah, Contoh & Hubungan dengan Historiografi (28 September 2023)
Apa Itu Bias Sejarah, Contoh & Hubungan dengan Historiografi (tirto.id)
Mengenal Bias Sejarah beserta Penyebabnya dalam Ilmu Sejarah (29 September 2023)
Mengenal Bias Sejarah beserta Penyebabnya dalam Ilmu Sejarah | kumparan.com