Mengenal Soal GPK: Lahir atas Kepedulian Terhadap Kantin

“Gak terbayang sebelumnya ternyata Universitas Pasundan yang besar, kantinnya menurutku kurang layak. Mulai dari sirkulasi udara, penataan pedagang-pedagangnya, juga kebersihannya,” itulah kalimat yang diungkapkan oleh Zena, salah satu anggota Gerakan Peduli Kantin (GPK) yang merupakan komunitas baru di Unpas Lengkong. 

Bagi mahasiswa-mahasiswi Lengkong, kantin Unpas tak ubahnya seperti “Las Vegas”. Penyebutan ini dianugerahkan sebab kondisi  kantin yang tak jauh berbeda dengan kota yang tak pernah tidur tersebut. Berangkat dari kondisi tersebut, sekumpulan mahasiswa-mahasiswi FH Unpas berinisiatif membentuk sebuah gerakan  di bawah naungan nama GPK yang saat ini beranggotakan 15 orang.     

“Kami ingin mengubah kesan Las Vegas tadi, kesan kumuh dan jorok. Jadi kami ingin mengubah tampilan kantin, supaya kesan tersebut hilang,” ungkap Sugara. 

GPK menjadi wadah yang lahir dari kesadaran tiap-tiap anggotanya. Tujuannya pun sederhana, untuk kenyamanan semua, baik itu mahasiswa maupun pedagang yang datang ke kantin. Bagi Sugara, melihat orang-orang senang dengan kondisi kantin dan akhirnya mau datang ke sana, sudah lebih dari cukup. Baik dana maupun tenaga yang dikeluarkan, sudah tidak terpikirkan lagi olehnya.

“Ini sumbangsing dari kita buat para pedagang dan mahasiswa lain, supaya sama-sama nyaman,” ujarnya.

Operasi Pertama GPK

“Bi, kita mau ada gerakan namanya GPK untuk membersihkan kantin, setidaknya 50 persen bisa lebih baik daripada sebelum-sebelumnya,” cerita Zena saat dirinya dan kawan GPK lain berbincang tentang niat pembentukan GPK kepada salah satu pedagang di kantin bernama Abi. 

Berlanjut dari obrolan tadi, GPK mulai menggalang dana. Sekitar Rp200.000 disumbangkan oleh masing-masing anggota GPK, ditambah dengan mahasiswa fakultas hukum lainnya yang turut menyumbang demi keberlangsungan kegiatan komunitas tersebut. Tepat pada 11 Maret 2023, di hari Sabtu, kawan-kawan GPK mulai membeli material yang dibutuhkan nantinya. Ketika hari semakin sore, kantin mulai sepi, dan para pedagang telah beristirahat, GPK mulai melancarkan aksinya untuk mengubah “Las Vegas Lengkong”. 

Lantai disapu, sampah-sampah yang tergeletak tak pada tempatnya mulai dibersihkan. Langit-langit kantin pun tak lupa terjamah. Kegiatan ini berlangsung selama enam jam lebih, yang dimulai dari pukul 17.00 hingga 23.30. Dilanjut di hari Minggu, ketika kantin telah dibersihkan di hari sebelumnya, GPK mulai mengecat bagian belakang kantin agar lebih enak dipandang dengan beragam mural yang mereka buat. 

Selama kegiatan tersebut, Sugara bercerita jika para pedagang di kantin memberikan support yang bahkan tak diduga oleh dirinya. Makanan-makanan telah disediakan oleh para pedagang untuk anggota GPK. Katanya, sekitar 50 persen pedagang juga turut hadir pada hari itu untuk ikut berkontribusi. Kegiatan di hari Minggu berakhir pukul sembilan malam dengan kondisi kantin yang sudah bersih dan lebih indah dari sebelumnya. Orang-orang yang datang ke kantin esok harinya pun terheran-heran melihat kondisi kantin yang berubah oleh kegiatan tak terlihat ala GPK.

“Bahkan sampai ada yang bilang gini, ‘ini siapa yang nyulap kantin?’ karena bener-bener gak keliatan,” ungkap Zena.

Dalam perbaikan ini, dana yang dikeluarkan murni berasal dari anggota GPK serta mahasiswa FH mulai dari angkatan 19 sampai angkatan 22. Meskipun diupayakan untuk fasilitas kampus, kawan-kawan GPK tak mengharapkan imbalan apapun dari pihak kampus itu sendiri. Segalanya dilakukan murni untuk kenyamanan bersama, sehingga ke depannya GPK akan membuat time schedule untuk perbaikan dan kegiatan lanjutan.

“Semua ikhlas untuk GPK, kan?” tanya Zena kepada kawan-kawan GPK dalam ruangan yang dijawab serentak oleh seluruhnya, “Ikhlas, dong!”

Kritik Untuk Kampus

“Masa udah dari kapan kampus ini berdiri, tidak ada perubahan yang benar-benar menimbulkan kenyamanan untuk mahasiswa,” ujar Zena. 

Berdirinya GPK sudah seharusnya menjadi tamparan bagi kampus untuk lebih memberikan kenyamanan kepada mahasiswa lewat fasilitas yang nyaman dan memadai. Sebab, sudah menjadi hak mahasiswa untuk mendapatkan fasilitas yang layak sesuai dengan harapan. Kabel-kabel yang menjadi salah satu persoalan di kantin, masih belum ada pergerakan untuk memperbaikinya dari pihak kampus sendiri.

Meskipun GPK telah hadir untuk turut memperbaiki dan memperindah kantin, kegiatan ini tentu tak dapat dilaksanakan oleh hanya kawan-kawan GPK saja. Seperti yang dituturkan oleh Sugara, ia berharap agar kampus turut hadir di dalamnya dalam merenovasi bangunan kantin, agar kantin dapat menjadi tempat yang nyaman untuk makan dan beristirahat, baik untuk mahasiswa maupun pedagang.

“Semoga lembaga atau pihak kampus dapat lebih care lagi sama lingkungan terdekat,” kata Zena.

Tentu saja selain dari pihak kampus, perlu adanya dukungan dari seluruh masyarakat Unpas Lengkong untuk menyukseskan kegiatan GPK. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sangat diperlukan, sebab jika hanya GPK yang bergerak sedangkan mahasiswa kembali melakukan vandalisme, tentu tak etis rasanya. Oleh karena itu, GPK membuka lebar bagi siapapun yang ingin turut andil dalam kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan berikutnya.

“Yang jelas, apa yang kita gerakkan saat ini dapat memengaruhi setiap orang, karena kebersihan dan kenyamanan lingkungan akan berpengaruh terhadap proses kita belajar,” ucap Sugara.

Kawan-kawan GPK dapat ditemukan di belakang kantin, dekat mural-mural bertuliskan “GPK”. Di sana, siapapun yang tertarik untuk bergabung dengan gerakan ini, dapat menyapa dan berbincang dengan mereka, karena GPK terbuka dengan hangat bagi siapapun.

“Kalau mau join, join aja, karena kita itu sebuah wadah bagi yang mau bergabung tanpa memandang siapapun itu,” tutup Daniel. 

R.SABILA FAZA RIANA     

Editor: SIFA AINI ALFIYYAH