Tangkapan layar Richard Oh, penulis (kiri) dan Eka Kurniawan, Penulis (kanan) saat berlangsungnya Diskusi Buku yang bertajuk “Menggali ‘Sumur’” yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting pada Sabtu, 17 Juli 2021. (Ulfa Nuraeni/JUMPAONLINE)

Nasional, Jumpaonline Bidang Sastra Gramedia Pustaka Utama menyelenggarakan Diskusi Buku yang bertajuk “Menggali ‘Sumur’” yang menghadirkan dua Penulis, yaitu Eka Kurniawan dan Richard Oh. Diskusi Buku ini diselenggarakan melalui Zoom Meeting pada Sabtu, 17 Juli 2021. Diskusi tersebut membahas tentang proses perjalanan Eka Kurniawan dari memulai menulis “Sumur” sampai akhirnya diterbitkan.

Eka Kurniawan, Penulis mengatakan, buku ini awalnya hanya sebuah cerita pengalaman pribadi, menceritakan tentang sumur yang ada di kampung halamannya tanpa ada konteks yang lebih luas. Namun, hal itu berubah ketika John Freeman, Editor yang menanyakan kesediannya untuk bergabung dalam antologi Tales of Two Planets yang menceritakan tentang perubahan iklim.

“Awalnya hanya nulis tentang cerita dari kampung halaman saya, tetapi ketika ditawari oleh John Freeman saya menjadikan ‘Sumur’ ini menjadi cerita yang konteksnya lebih luas. Tidak hanya konflik di sebuah desa atau diantara dua keluarga, tetapi kita bisa melihatnya lebih luas tentang apa yang terjadi saat ini, yaitu perubahan iklim, kerusakan hutan, dan sebagainya,” kata Eka.

Eka menegaskan, dalam cerita itu air sebagai sumber kehidupan, sumber relasi antara manusia dan bagaimana ketika manusia gagal mengelola itu yang berimbas pada manusia yang lain.

“Ketika manusia gagal dalam mengelola air, aku rasa mereka juga gagal mengelola hubungan antar sesamanya. Kegagalan tersebut bisa berimbas pada orang-orang seperti tokoh Siti dan Toyib. Mereka tidak tahu apa-apa tentang tragedi yang terjadi kepada bapaknya dan bagaimana urusan mata air itu bisa menimpa dua orang tersebut sampai akhir,” ujar Eka.

Richard Oh, Penulis menegaskan, “Sumur” merupakan karya yang sudah direncanakan detailnya, seperti mengapa memilih kata sumur, mengapa keluarga itu terpisah, dan sebagainya. Dan ceritanya pun bisa membawa pembaca hanyut pada perasaan yang mengusik terhadap tokoh-tokohnya.

“Saya pikir “Sumur” bisa membawa pembaca pada perasaan yang mengusik bahwa tokoh Siti dan Toyib itu saling mencintai, tanpa harus menunjukkan suatu sajian yang menunjukkan hal itu,” pungkas Richard.

ULFA NURAENI

Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *