Album “Perayaan Patah Hati – Babak 1”
Sumber : spotify.com, for Revenge

for Revenge adalah sebuah grup band beraliran emo rock dengan ciri khas musik yang melodis. Band ini terlahir di bumi pasundan pada tahun 2006. Nama “for Revenge” dipilih sebagai bentuk pembalasan atas kepedihan atau kekecewaan yang dialami setiap personelnya yang dituangkan ke dalam sebuah karya musik, ini yang menjadi jawaban bahwa setiap lagu yang mereka ciptakan sangat melekat dengan kehidupan, khususnya dalam masalah percintaan dan patah hati.

Pasca kembalinya Boniex Noer di tahun 2020, for Revenge semakin serius dalam melahirkan karya. Pada tahun yang sama for Revenge mulai dikenal dan mempunyai nama di kancah permusikan Indonesia dengan rilisan lagu “Derana” dan “Serana” yang sempat viral pada masanya. Di bawah naungan Didi Music, for Revenge berkembang cukup signifikan dengan membuat album mini Get Closer With for Revenge dan membereskan album keempat nya Perayaan Patah Hati – Babak 1, terhitung dari tahun 2020 hingga rampung di 2022. Dengan maraknya sanjungan dan kepopuleran, for Revenge tak menjadinya tinggi hati, mereka justru berkolaborasi dengan Wira Nagara dan mulai mendongkrak inovasi dengan menggabungkan puisi ke dalam sebuah lagu yang berjudul “Perayaan Patah Hati”, nama yang sama dengan albumnya.

Dalam pembuatan album musik pastinya terlahir sebuah tema. Kali ini, for Revenge meluluhlantakkan semua cerita-cerita patah hati seperti kehilangan, kekecewaan, pengorbanan dan keikhlasan ke dalam setiap lagu pada Perayaan Patah Hati – Babak 1.

Album “Perayaan Patah Hati – Babak 1” dibuka dengan aransemen pembuka “Gemaung” kemudian disusul dengan lagu “Derana”, “Jentaka”, “Jeda”, “Serana”, “Untuk Siapa?”, “Jakarta Hari ini”, “Perayaan Patah Hati’ dan diikuti dengan aransemen penutup “Bersambung” yang menandakan album ini akan ada lanjutannya. Hampir semua lirik yang terkandung di setiap lagunya ditulis oleh sang vokalis, dibantu dengan pembuatan aransemen musik oleh anggota lainnya dan untuk mixing dibantu pihak Rostels Records.

Boniex Noer menjelaskan bahwa penamaan album ini didasari oleh terbentuknya for Revenge yang sedari dulu mengangkat persoalan patah hati. “Patah hati itu selalu kita bawa dari pertama kali for Revenge berdiri, cuma kali ini kita bener-bener mention it di nama albumnya,” ucap Boniex melalui konferensi pers yang diadakan oleh Didi Music. Lagu yang mengusung persoalan patah hati saat ini masih sangat melekat di Indonesia, terutama kalangan anak muda yang masih mencari jati diri dengan cinta. Saat Patah Hati mereka meluapkan segala emosi dan pelampiasannya dengan berbagai cara, salah satunya melalui sebuah musik. Musik adalah salah satu media penenang mereka atas segala hiruk pikuk percintaan.

Dalam sebuah data “Top 50 Indonesia” di Spotify, lagu yang merepresentasikan kesedihan (galau) selalu ada dan tak pernah absen mewarnai tangga lagu dari tahun ke tahun, dimana masyarakat Indonesia memang gemar mendengarkan lagu galau. Begitu pun dengan patah hati. Mengutip laman Psychology Today, “musik sedih memungkinkan pendengar melepaskan diri dari situasi yang menyusahkan (putus cinta, kematian, dll.), dan berfokus pada keindahan musik. Selain itu, lirik yang beresonansi dengan pengalaman pribadi pendengar dapat menyuarakan perasaan atau pengalaman yang mungkin tidak dapat diungkapkan oleh seseorang”. Hal ini yang membuat kita melampiaskan rasa emosional yang terbendung lewat lagu. Jika kita mengacu pada album ini, for Revenge secara tidak langsung menegaskan bahwa patah hati sepatutnya dirayakan jika tak mampu disembuhkan. Tak perlu berlarut atas kesedihan, mari kita rayakan dengan cara kita sendiri.

Patah Hati dan Kisah Cinta Anak Muda

Album ini menggambarkan sebuah perjalanan anak muda dalam menghadapi situasi sulit dalam masalah percintaan khususnya patah hati. Maraknya permusikan indonesia yang membawa isu patah hati kedalam musik pop, for Revenge justru membawanya kedalam musik rock. Rilisian single lagu “Derana” dalam album ini menceritakan tentang kesadaran diri untuk tidak berlarut dengan kesedihannya dan sudah saatnya mencoba untuk bangkit meninggalkan segala keterpurukan. Pembawaan lagu yang menggebu-gebu membuat pendengarnya termotivasi melakukan hal yang sama dengan lagunya untuk bangkit dalam kesedihan yang berlarut. Berbeda dengan lagu “Serana” yang berbanding terbalik dengan “Derana”. Lagu ini menceritakan tentang perasaan rindu terhadap mantan kekasih dan bagaimana caranya untuk bisa melupakan serta merelakan semua kenangan yang ada. Pembawaan lagu ini lebih melankolis yang membuat pendengarnya terbawa dalam situasi kehilangan dan harapan untuk kembali.

Di lagu “Untuk Siapa?” adalah definisi kesabaran dan pengorbanan level tertinggi, bagaimana tidak, lagu ini menceritakan tentang keikhlasan hati untuk merelakan seseorang yang disayangi pergi dengan orang lain. Dalam kasus percintaan ini, kita sepatutnya merelakan kebahagiannya diatas orang lain, cukup menyakitkan tentunya jika perasaan ini bertepuk sebelah tangan. Perasaan hati memang tidak bisa dibantah, maka kita hanya bisa merelakannya.

Sementara lagu “Jakarta Hari Ini” sendiri menceritakan seseorang yang patah hati dan pasrah ketika orang yang dicintainya memilih untuk menikah dengan orang lain. Tentu kita tidak asing dengan permasalah ini, di Indonesia saja banyak kasus ditinggal nikah, padahal mereka sempat bersama menjalin kasih selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Lagu ini bisa dipastikan mewakili perasaan untuk anak muda yang sedang cinta-cintanya tapi ditinggal nikah oleh sang kekasih. 

Dalam kisah percintaan, kadang kala mengalami masa-masa pertengkaran sebelum menuju akhir dari sebuah hubungan. Lagu “Jeda” mengisahkan tentang sebuah hubungan yang dimulai dengan kesalahan pasti akan berakhir dengan keburukan, jeda disini dimaksudkan karena suatu keputusan yang sangat berat untuk dipilih ada kalanya membutuhkan ruang untuk merefleksikan diri menunjang hubungan kedepannya.

Euforia Patah Hati sangat kompleks tertuang dalam album ini, keberhasilannya dengan mempertahankan prinsip menjaga benang merah ‘patah hati’ yang selalu dibawakan for Revenge berhasil membawa menuju kesuksesan. Ini terbukti dari setiap lirik yang mereka ciptakan sangat mengacu pada kehidupan yang melekat pada masyarakat, terutama kalangan anak muda. Album ini sangat direkomendasikan untuk kalian yang sekiranya mengalami fase patah hati. Mari kita buat patah hati menjadi sebuah perayaan! 

DONI SETIAWAN

Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: ALISYA NUR FACHRIZA

One thought on “Merayakan Patah Hati Lewat Album “Perayaan Patah Hati – Babak 1””

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *