Kampusiana, Jumpaonline – Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Ulul Abshor Universitas Pasundan (Unpas) mengaktifkan kembali minat literasi mahasiswa Unpas melalui program terbarunya yang bertajuk “Books Party”. Program yang berdiri sejak 16 Oktober 2024 ini melaksanakan kegiatannya setiap bulan di Masjid Ulul Abshor Unpas pada pukul 15.30 WIB hingga sebelum memasuki waktu adzan magrib. Program ini dirancang dengan metode diskusi, sehingga memudahkan mahasiswa dalam memahami buku yang akan dibahas.
Fadhilah Yazid Rakhasyi, selaku Ketua Umum DKM Ulul Abshor, menjelaskan bahwa, berdirinya program literasi ini bertujuan untuk menambah ruang belajar serta teman diskusi di kalangan mahasiswa Unpas. Menurut Yazid, melihat adanya kekurangan dalam minat baca mahasiswa Unpas, DKM pun merancang kegiatan diskusi agar mudah untuk dipahami oleh mahasiswa.
“Baru dihadirkan pada periode ini, program ini mengambil referensi dari komunitas Books Party Lautan Bandung Literasi dan kegiatan Pojok Literasi yang sebelumnya sempat diselenggarakan di Unpas. DKM mencoba untuk meningkatkan minat bakat, khususnya minat literasi mahasiswa lewat sharing mengenai buku yang telah dibaca sebelumnya,” jelas Yazid.
Muhammad Ridho Aslam, Koordinator Divisi Kaderisasi, menerangkan bahwa, DKM telah menyediakan beberapa buku untuk kegiatan diskusi. Menurutnya, sekarang ini terdapat keterbatasan ketersediaan jumlah buku, tetapi DKM Ulul Abshor akan terus memfasilitasi ruang literasi mahasiswa Unpas.
“Ada mahasiswa yang ingin ikut tapi tidak membawa buku. Mereka pun meminjam buku yang telah disediakan. Karena buku yang ada terbatas. Sometimes mereka meminta untuk menambahkan buku lagi, tidak hanya mengenai politik, Islami, tetapi genre lainnya juga,” terangnya.
Ridho menambahkan, persepsi mengenai kerumitan dalam membaca buku dapat dihilangkan melalui metode yang tepat. Sebagai referensi dalam cara berpikir, Ia berharap DKM Ulul Abshor dapat menghadirkan berbagai macam sudut pandang untuk membahas hal tersebut.
“Jika kita membahas dengan ringan, pembawaannya semangat dan ceria, maka orang-orang bisa lebih menangkap pembahasannya. Sudut pandang seorang aktivis, akademisi, dan awam saat membaca buku pasti berbeda, hal itu dapat dijadikan referensi bagi partisipan lainnya,” tambah Ridho.
MENA DEWI
Editor: DINA LUSIANA