Rumah bukan lagi soal dinding dan atap,
bukan sekadar bangunan yang menahanbadai,
rumah adalah tempat aku kembali utuh,
tempat yang menjanjikan teduh tanpa syarat.
Di saat dunia memudar, menjelma abu,
kau hadir seperti hangat mentari pagi,
menyapu dinginnya kabut yang kerap datang,
mengisi ruang kosong dalam hatiku yang lelah.
Dalam dirimu, aku menemukan rumah,
tempat dimana lelahku tak perlu bersembunyi,
tempat dimana luka terasa berarti,
dan air mata tak dianggap kelemahan.
Kau adalah atap di kala hujan,
dinding yang teguh saat dunia runtuh,
kau menampung segala yang rapuh dalam diriku,
menerima tanpa tanya, memahami tanpa kata.
Aku tak perlu berpura di depanmu,
tak harus menjadi kuat setiap waktu,
di hadapanmu, aku boleh menjadi aku,
tanpa takut dihakimi, tanpa takut ditinggalkan.
Dalam dirimu, aku menemukan rumah,
bukan dari bata, bukan dari kayu,
melainkan dari rasa aman yang kau beri,
dari pelukan yang selalu hangat dan tak berpamrih.
Kau tempatku pulang saat dunia terasa asing,
saat langkahku limbung di jalan yang penuh bayang,
kau adalah cahaya yang selalu menuntunku,
dan dalam dirimu, aku menemukan rumahku yang sejati.
Syarah Azzahra Namira