Sumber: Netflix.com

Judul          : The Social Dilemma

Genre         : Dokumenter

Sutradara  : Jeff Orlowski-Yang

Pemain      : Skyler Gisondo, Kara Hayward, Vincent Kartheiser

Durasi        : 94 Menit

Rilis            : 9 September 2020

The Social Dilemma adalah sebuah perjalanan mendalam ke dunia media sosial, yang mengubah cara kita memandang informasi dan berinteraksi dengannya di era digital. Disutradarai oleh Jeff Orlowski, film dokumenter ini menggali isu-isu kompleks seputar pengaruh media sosial terhadap psikologi dan perilaku pengguna. Film ini menyoroti algoritma, dampak psikologis, gangguan perhatian, filter bubble, serta isu privasi dan etika yang muncul dalam era digital.

Peran algoritma personalisasi dalam menciptakan pengalaman online pengguna adalah salah satu elemen penting dalam The Social Dilemma. Algoritma ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data pribadi pengguna dan kemudian membuat konten berdasarkan perilaku dan preferensi pengguna. Film ini menunjukkan bagaimana algoritma ini membuat konten tersebut memicu interaksi secara terus-menerus, sehingga menyebabkan kebergantungan pengguna terhadap media sosial. Dampaknya tidak hanya menurunkan produktivitas, tetapi juga mengganggu kesehatan mental pengguna, menyebabkan mereka takut ketinggalan tren atau FOMO (Fear of Missing Out).

Dengan kemajuan teknologi, notifikasi media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Film ini menunjukkan bagaimana notifikasi tersebut dapat menjadi gangguan untuk kita, bahkan pada saat-saat penting sekalipun. Ini berdampak pada produktivitas dan kualitas interaksi sosial. The Social Dilemma dengan jelas menunjukkan bagaimana notifikasi dapat membuat pengguna tidak nyaman secara psikologis dan emosional, menunjukkan betapa sulitnya untuk menentukan hubungan dengan media sosial.

Algoritma gelembung filter, juga dikenal sebagai filter bubble, menjadi fokus lain dalam film ini. Mirip dengan algoritma personalisasi, konsep filter ini juga menyajikan informasi yang sesuai dengan pandangan dan preferensi pengguna, hanya saja algoritma ini cenderung membatasi paparan terhadap masing-masing perspektif. Dalam situasi ini, film menekankan bagaimana gelembung filter dapat menghalangi pemahaman dunia yang bebas dari bias dan bagaimana masyarakat terkurung di dalam ‘gelembung’ perspektif mereka sendiri. Fenomena ini mengejutkan karena kita sering terjebak dalam lingkungan online yang hanya memperkuat kepercayaan yang sudah ada.

Salah satu momen paling menarik dalam film ini adalah ketika pengguna media sosial dianggap sebagai produk komersil. Perusahaan platform menggunakan data pribadi, preferensi, dan perilaku online kita untuk membuat profil yang mendalam tentang siapa kita. Pengiklan kemudian membeli profil ini dan menggunakannya untuk memengaruhi keputusan dan perilaku kita ketika online di media sosial. Menurut artikel dari PrivIQ, terdapat risiko privasi yang melekat di balik penggunaan data, seperti implikasi penawaran real-time (proses pelelangan online dimana proses jual-beli tayangan iklan online dilakukan secara langsung). Praktik ini memungkinkan pembeli untuk menjual inventaris iklan per tayangan. Iklan pembeli langsung ditampilkan di situs web kepada pengguna tertentu setelah tawaran diterima. Hal ini membantu pengiklan menghemat uang, tetapi menimbulkan masalah moral dan privasi bagi pengguna. Film ini dengan rinci mengungkapkan bagaimana privasi kita dieksploitasi untuk keuntungan bisnis.

The Social Dilemma membahas masalah tersebut dan bagaimana mereka berdampak pada pengguna. Salah satunya adalah kebergantungan terhadap media sosial yang dapat muncul dari algoritma sehingga memicu reaksi emosional dan interaksi terus-menerus. Film ini menceritakan bagaimana platform-platform ini secara tidak sadar memanipulasi perilaku pengguna, menciptakan lingkungan di mana ketagihan menjadi hasil yang diinginkan.

Dalam hal politik, The Social Dilemma menekankan bagaimana media sosial dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik dan menciptakan polarisasi politik. Polarisasi politik adalah istilah yang merujuk kepada pembagian masyarakat dalam pandangan dan dukungan politik mereka yang terjadi ketika masyarakat terbelah dalam dua kutub bersebrangan karena isu, kebijakan, atau ideologi. Menggunakan studi kasus dan melakukan wawancara dengan mantan karyawan industri teknologi, film ini menggambarkan bagaimana konten media sosial dapat berfungsi sebagai pisau bermata dua yang dapat menghancurkan demokrasi dan menciptakan ketidakstabilan politik. Meskipun demikian, film ini juga menunjukan dampak positif dari media sosial, seperti koneksi global dan arus informasi yang mudah di dapat.

Film ini juga menimbulkan pertanyaan etis tentang tanggung jawab perusahaan teknologi dalam membuat platform yang memiliki dampak begitu besar pada masyarakat. The Social Dilemma menyadarkan kita akan pentingnya menjaga privasi dan penggunaan data pribadi.

Film ini secara efektif menarik perhatian penonton dan menimbulkan kesadaran tentang masalah besar yang dihadapi masyarakat di era teknologi saat ini dengan merangkum masalah-masalah kompleks ini. The Social Dilemma bukan hanya sebuah dokumenter yang mengungkapkan masalah, namun juga merupakan panggilan untuk bertindak dan menjadi lebih cerdas dalam cara kita menggunakan teknologi dan media sosial. Film ini memberikan peringatan yang mendalam dan visual yang kuat tentang pentingnya kebijaksanaan dan kesadaran dalam menghadapi konsekuensi dari dunia digital yang terus berubah.

If you’re not paying for the product, then you’re the product,” kutipan Tristan Harris, pemeran dalam film.

 

Referensi :

Chloe Boyle. 2020. PrivIQ. Social Dilemma; Why They do not care about data privacy and protection regulations? Diakses dari laman PrivIQ pada 17 Desember 2023 pukul 17.37 WIB

Clementine Prendergast. 2020. VOGUE India. The Social Dilemma: Is social media really affecting our mental health? Diakses dari laman VOGUE India pada 16 Desember 2023 pukul 23.29 WIB

 

TUBAGUS MUHAMMAD WILDAN

Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: HAIDAR ALI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *