Potret Siti Labibah sedang mempresentasikan karyanya dalam Lokakarya Foto yang bertajuk “Potret Sekitar: Sampah?”pada Kamis, 26 Oktober 2023 di Stocker House, Bandung. (Regia Ramadhina Revalgian/JUMPAONLINE)
Bandung, Jumpaonline – Extinction Rebellion Indonesia, bekerja sama dengan Bandung Bergerak dan Komunitas Kampoeng Tjibarani dalam menyelenggarakan pameran Lokakarya Foto bertajuk “Potret Sekitar: Sampah?” pada Kamis, 26 Oktober 2023 di Stocker House Bandung. Pameran tersebut menampilkan karya-karya foto yang mengangkat isu Bandung Darurat Sampah yang dikemas menjadi pameran foto lewat medium kaus.
Tofan Aditya, salah satu konseptor pameran foto dari Bandung Bergerak, mengungkapkan bahwa pameran foto ini merupakan bagian kampanye panjang dari Extinction Rebellion Indonesia dan Komunitas Kampoeng Tjibarani tentang isu Bandung Darurat Sampah bernama “Bilik Tilik, Kotak Otak” yakni sebuah kotak saran sebagai sarana kepekaan masyarakat terhadap lingkungan. Lewat kaus yang digunakan sebagai medium untuk karya foto berpameran mampu menjadikan pameran foto ini unik.
“Awal mulanya itu Bandung Bergerak di ajak Extinction Rebellion Indonesia sama Komunitas Kampoeng Tjibarani mereka udah bikin kampanye panjang namanya itu Bilik Tilik, Kotak Otak. Terus kita pengen ngadain pameran foto dengan konsep yang ga biasa karena miris kalo misalnya di kertas-kertas lagi dan sekali pakai buang, pengen bisa di kampanye-in lagi, dipake terus,” ungkap Tofan Aditya.
Ia juga menambahkan, pameran ini sebagai upaya untuk menyadarkan masyarakat bahwa sampah bukan masalah yang bisa dianggap biasa. Selain itu, sampah sekecil apapun akan berdampak besar bagi lingkungan sekitar.
Virlya Putricantika, sebagai kurator foto, menjelaskan, nilai berita dan estetika menjadi penilaian dalam pameran foto ini. Sebab bukan hanya melihat dari sisi estetika, melainkan foto itu harus mempunyai cerita dan dampaknya kepada pembaca.
“Pertama estetika terus value beritanya, kalo misalnya fotonya cuma tumpukan sampah terus ditutupi sama daun daun biar agak cantik fotografi estetik kaya gitu ga aku pilih, aku lebih memilih foto jelek tapi punya pesannya, foto jelek dalam artian ga perlu estetika yang ada blur-blur kaya gitu,” jelas Virlya Putricantika.
Salma Nur Fauzyah, salah satu peserta, mengatakan bahwa kehadirannya pada pameran ini bukan hanya tertarik dengan temanya saja, tetapi juga melihat lingkungan sekitar dipenuhi dengan sampah yang berserakan. Menurutnya dari hal-hal kecil seperti memilah sampah, kita bisa mengurangi terjadinya darurat sampah yang terjadi di Bandung ini.
“Sebisa mungkin dari hal kecil misalnya bisa memilah sampah, meskipun nanti udah milah sampah tapi pas diambil sama tukang sampahnya dicampur tapi minimal kita udah mulai dari hal kecil, terus kalau misal botol-botol dibawa sama pemulung di jual lagi itu juga membantu orang lain,” ujar Salma Nur Fauzyah.
REGIA RAMADHINA REVALGIAN
Editor: PRITA STANIA AGUSTINA