Sumber: spotify.com, The Weeknd

Untuk seorang musisi yang setiap tahunnya selalu menduduki tangga lagu teratas, The Weeknd telah membawa musiknya ke tempat yang lebih mudah didengar bagi para penikmatnya. Selama sebelas tahun terakhir, The Weeknd melakukan semacam evolusi musik khususnya pada genre R&B, karena berhasil membawanya menjadi gelap dan seksi pada saat yang bersamaan. Setelah dirilisnya album “Starboy” pada tahun 2016, The Weeknd kembali muncul dengan album “My Dear Melancholy,”. Sesuai dengan namanya yang melankolis, album ini ditandai oleh irama murung dan nyanyian yang sedih.

Dengan rilisnya album ini yang hanya berisikan 6 lagu, mungkin adalah sikap acuh tak acuh dari sang penulis yang menunjukkan ketidakpedulian akibat kekecewaan romansa yang menimpanya. Judul album yang diberi tanda koma pada akhir, menandakan seolah-olah The Weeknd sedang memulai menulis surat untuk kesedihannya sendiri.

Setiap lagu yang terdapat dalam album ini  memperlihatkan bahwa penulis memprotes cara yang dilakukan oleh pasangannya karena merasa telah dibuang. Penulis berusaha memberitahukan bahwa ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang telah diperlakukan mereka (mantan pacar) kepadanya dan berusaha memohon untuk kembali. Secara keseluruhan album ini menceritakan tentang perjalanan emosional The Weeknd dalam percintaannya.

Lagu pembuka dari album ini berjudul “Call Out My Name”, berfokus pada hubungannya dengan salah satu musisi ternama yaitu Selena Gomez. Saat dia sedih menyesali karena pernah menempatkan dia di atas seperti penggalan liriknya “I put you on top, I put you on top, I claimed you so proudly and openly” dan merasa bahwa ini adalah hal yang hanya membuang-buang waktu saja lantaran Selena Gomez kerap kali berpaling kepada mantan pacarnya, Justin Bieber. Diiringi dengan sentuhan nada elektrik, seram, bergema dan piano dengan riff tak stabil serta instrumen yang terasa seperti direkam di bawah air membuat pendengarnya turut terbawa dalam kesedihan. Ada satu penggalan lirik lainnya juga cukup kontroversial yaitu “I almost cut a piece of myself for your life” yang tampaknya mengacu kepada kondisi saat itu di mana The Weeknd menyetujui kesediaannya untuk menyumbangkan salah satu ginjalnya kepada Selena Gomez karena penyakit lupus yang diidapnya. Ini membuktikan betapa tulusnya cinta The Weeknd kepada Selena Gomez.

Lalu lagu berikutnya berjudul “Try Me”, dibuka dengan synth yang nuansa musiknya masih sama yaitu gelap. Lagunya pun bisa merujuk kepada salah satu mantannya, ada pada penggalan liriknya “Can you try me? Try me? Once you put your pride aside”, mungkin salah satu petunjuknya adalah ketika Selena Gomez merelakan dirinya dicium oleh The Weeknd.

Selanjutnya lagu beralih dari yang merindukan Selena Gomez, lalu merujuk pada kenangan dengan Bella Hadid, mantannya yang seorang model. Lagu ini berjudul “Wasted Times” dan menceritakan bahwa Selena Gomez bukanlah setengah darinya (Bella Hadid –red). Lagu ini diiringi dengan perkusi yang lembut dan diakhiri dengan nada yang melankolis seolah-olah membuat pendengarnya merasa kelam. 

Dalam lagu keempat yang berjudul “I Was Never There”, The Weeknd merasa terjebak dalam pemikiran yang ada dalam penggalan lirik “It won’t matter” dan merasa hubungan hanyalah racun yang membuat dirinya terpaksa bertahan. Intinya di sini The Weeknd merasa berkutat di sisi gelap cinta saja dan tenggelam lebih jauh ke dalam pikirannya sendiri, lalu diakhiri dengan mulai berpikir semua rasa sakit itu tidak ada gunanya.

The Weeknd bangkit dari keputusasaan dan berusaha menghapus hubungan dengan mantannya. Di dalam lagu “Hurt You”, dengan irama yang meningkat di antara lagu lainnya, secara eksplisit menyebutkan bahwa berhubungan seks dan mencintainya kembali adalah hal yang buang-buang waktu untuk diharapkan.

Lagu terakhir dari album ini yang berjudul “Privilege” menyelesaikan perpisahan dan mengatakan bahwa dia tidak akan lagi kembali dengan mantannya. Inti dari lagu ini adalah tentang dia yang kembali ke cara lamanya, yaitu mengandalkan seks dengan orang baru dan obat-obatan untuk menekan rasa sakit emosionalnya.

Album Musik Yang Seram Namun Liriknya Berkesan Solipsistik

Mengacu kembali pada penggalan lirik pada salah satu lagu yang terdapat pada album ini yaitu “I put you on top, I put you on top”, The Weeknd berkeyakinan bahwa seseorang yang solipsistik di sini, hubungannya hanya akan gagal karena mereka memperlakukan pasangannya dengan terlalu baik. Dalam perspektif ontologi, solipsistik adalah pandangan yang menyatakan bahwa fakta bernilai dan dapat dipercayai hanyalah berasal dari pengalaman pribadi dan intinya pandangan yang dikeluarkan itu merujuk kepada diri sendiri, serta pandangan ini juga berkaitan dengan pandangan egoisme.

Memang ketika melihat keseluruhan lirik pada album ini, banyak sekali penggalan lirik yang hanya merujuk kepada diri sendiri seperti penyesalan apa yang telah dilakukan oleh dirinya, keputusasaan, bahkan hingga kebangkitan dirinya dari suatu perpisahan. 

Album ini juga akan selalu teringat dari waktu ke waktu, tak ayal jika pada masa ini ada beberapa hubungan yang mungkin hanya beradu pendirian saja. Hubungan yang awalnya mengagungkan posisi pasangannya, berakhir pada penyesalan kepada diri sendiri ketika hubungannya telah berakhir dan berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa hal-hal yang telah dilakukannya waktu itu (memiliki hubungan) hanyalah buang-buang waktu saja. 

Adapun permohonan yang dilakukan oleh kita kepada pasangan hanya ucapan yang mungkin tidak akan didengar dan terkesan seperti angin lewat saja. Jika keduanya memang seperti itu, jelas menandakan bahwa ini hanya soal keegoisan dari pribadi masing-masing pasangan. Jika melihat kepada hubungan yang baik, hubungan harmonis tidak mengubah satu orang demi mengikuti satu orang lainnya. Hubungan yang harmonis tentunya akan rela menurunkan ego demi kenyamanan pasangan kita, tidak memuja pendirian dan bersikap fleksibel demi terciptanya hubungan yang harmonis dan selaras. Tak banyak hubungan yang awet pun sulit untuk melakukan hal seperti ini karena dengan berbagai alasan. Terakhir, mungkin dalam album ini diperlukannya satu lagu untuk mengembalikan semangat dalam perjalanan emosionalnya. Album ini cocok didengarkan oleh kalian yang mungkin sedang dalam perasaan patah hati, khususnya bagi seseorang yang pernah memberikan segalanya kepada pasangan, namun tak kunjung ada balasannya.

FERLY ARLIANSYAH

Editor: DONI SETIAWAN

Referensi:

Heriyanto, Husain. (2013). Solipsisme dan Fenomenalisme: Dua Kutub Ekstrim Kantian yang Mengoyak Spiritualitas. Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism. Diakses 8 Oktober 2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *