Potret mahasiswa Universitas Pasundan pada aksi yang sedang menyuarakan aspirasi tolak kenaikan BBM di jalan Diponegoro pada Rabu, 7 September 2022. (Ferly Arliansyah/JUMPAONLINE)

Bandung, Jumpaonline ­Gabungan mahasiswa Universitas Pasundan (Unpas) memadati jalan Diponegoro no. 27 di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat dalam rangka aksi “September Hitam! Pasundan Tolak Kenaikan Harga BBM!” pada Rabu, 7 September 2022. Pada sebelumnya, mahasiswa Unpas melakukan kajian terhadap isu dampak kenaikan BBM ini. Bagaimanapun mereka dan masyarakat lain memiliki keresahan yang sama yaitu kenaikan BBM. Yang di mana kenaikan BBM ini bisa berdampak kepada masyarakat kecil dan menengah, terkhusus bagi pengguna bahan bakar subsidi.

Muhammad Faisal, Wakil Dewan Perwakilan Mahasiswa Unpas (DPM), mengatakan bahwa Presiden Jokowi dirasa gagal dalam menangani sistem ketatanegaraan. Lalu tidak bisa mengambil kesempatan dari perjanjian perdagangan dan hubungan bisnis internasional. Padahal sudah tercatat dalam hukum internasional dengan adanya perjanjian ini diharapkan negara bisa meningkatkan akses pasar maupun mengamankan kepentingan nasional.

“Bahwasanya Presiden Jokowi ini sangatlah gagal didalam ketatanegaraan. Dimana ia tidak bisa mengambil alih kesempatan dalam sebuah perjanjian perdagangan internasional maupun hubungan bisnis internasional, padahal sudah ada dalam hukum internasional. Jika adanya perjanjian ini,” ujar Faisal.

Ia juga mengatakan bahwa Indonesia bisa kalah dengan India, karena India bisa memainkan politik internasional terkait kerjasama antarnegara. Dimana India sendiri mengambil salah satu BBM subsidi dari Rusia yang merupakan harga paling murah dibandingkan dari Amerika Serikat. Harga tersebut diperkirakan lebih murah 30 persen dari harga pasar internasional.

“Bisa disebutkan kalau Indonesia ini bisa kalah dengan India. Kenapa bisa kalah? Karena India itu bisa memainkan politik-politik internasional terkait kerjasama antarnegara. Dimana India sendiri mengambil salah satu BBM subsidi dari Rusia yang merupakan harga paling murah dibanding kita Indonesia dari Amerika,” tutur Faisal.

Wakil DPM menyayangkan sikap Indonesia yang kurang tegas dalam kerja sama bisnis internasional, karena terlihat masih ragu dalam pemilihan impor bahan bakar antara Rusia dan Amerika Serikat. Padahal Rusia sudah memberikan tawaran yang bisa menjadi peluang bagi Indonesia. Namun, tidak sedikit yang takut dengan adanya embargo dari Amerika Serikat.

Dilansir dari disway.id, diketahui jika Presiden Jokowi menyetujui untuk mengimpor bahan bakar dari Rusia. Meski begitu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, mengakui bahwa beberapa pihak masih ragu untuk mengimpor bahan bakar dari Rusia karena takut di embargo oleh Amerika Serikat. Karena setiap pengiriman dolar yang dikeluarkan oleh negara dikontrol oleh Amerika Serikat.

Ali Gunawan, sebagai Koordinator Lapangan pada aksi kali ini berharap dengan adanya aksi ini pemerintah bisa menuntaskan apa saja keinginan masyarakat. Dan juga bisa bekerja sama untuk mendengarkan aspirasi masyarakat, tentunya dengan menurunkan harga BBM. Ia juga menegaskan bahwa terkait dengan kericuhan tadi itu diluar prediksi karena ada banyaknya provokasi.

“Mudah-mudahan bisa sama-sama menuntaskan apa-apa saja keinginan masyarakat sehingga pada akhirnya keinginan masyarakat ini bisa sama-sama terwujud dan terealisasi. Terkait kericuhan tadi, antara mahasiswa Unpas dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu diluar prediksi. Banyak beberapa provokasi,” ungkap Ali.

FERLY ARLIANSYAH

Editor : ALISYA NUR FACHRIZA

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *