
(Milleni Fitria Sasmita/ JUMPAONLINE)
Bandung, JumpaOnline – Maxxindo Communication bersama Krishna Studio menyelenggarakan acara Tamansari Batik Festival 2018 di Kota Bandung pada Rabu (31/10/2018) hingga Minggu (4/11/2018). Acara yang diselenggarakan selama 5 hari ini menyuguhkan banyak corak batik maupun kain tenun dari berbagai daerah. Misalnya saja pengisi acara yang datang dari NTT membawa kain tenun untuk dijual di acara ini kain yang dibawanya pun mempunyai harga sampai belasan juta. Selain itu antusiasme pengunjung menjadi sorotan dalam acara yang diselenggarakan 2018 ini.
Andi, selaku ketua pelaksana, menuturkan acara yang diadakan oleh ini bukan hanya diselenggarakan di Bandung tetapi juga diadakan dikota-kota lain, namun menurutnya antusiasme warga Bandung -lah yang paling menonjol walaupun ditahun ini tingkat pengunjung dan peserta yang datang tidak sebanyak tahun kemarin.
“Karena keadaan perekonomian kita sedang melesu hal itu membuat jumlah peserta menurun dari 100 stand ditahun ini hanya 83 saja. Hal itu juga berdampak pada tingkat pembelian terhadap pengunjung. Walaupun begitu minat masyarakat di Indonesia akan batik masih ada,”ujarnya
Ellen, salah satu pengunjung, mengakatan bahwa acara Tamansari Batik Festival 2018 sangat menarik dan banyak terdapat stand yang menyuguhkan batik dengan kualitas bagus. Namun sayang, menurutnya Tamansari Batik Festival tidak disosialisasikan dengan baik sehingga pengunjung kurang mengetahui tentang acara ini.
“Acaranya bagus banyak bermacam-macam kain yang dipamerkan, tapi sosialisasinya kurang karena yang datang ke acara ini kebanyakan ibu-ibu ataupun orangtua,” tutur Ellen
Andi menambahkan, walaupun harga batik terkesan mahal namun pengunjung tetap membelinya. Hal ini menandakan bahwa masyarakat masih tertarik dengan batik yang ada di Indonesia.
“Harga batik mahal itu karena prosesnya yang sulit, walaupun mahal masyarakat tetap ada yang berminat untuk dibeli karena keunikan dari batik tersendiri,” ujar Andi
Diharapkan dengan adanya acara ini batik ataupun tenun di Indonesia dapat terus dilestarikan dan masyarakat bisa terus menjaga warisannya agar tidak lagi diambil oleh negara lain sebagai karyanya.
Milleni Fitria Sasmita
Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas