Bandung, Jumpaonline – Y.B. Mangunwijaya atau yang biasa dikenal dengan sebutan Romo Mangun adalah seorang rohaniwan, arsitek, aktivis, dan seorang sastrawan. Untuk mengapresiasi kiprah dan pemikiran Romo Mangun, Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) yang bekerja sama dengan Layar Kita, Orang Muda Katolik dan Paroki Laurentius Bandung mengadakan “Malam Apresiasi Y.B Mangunwijaya”.
“Kita mengadakan acara ini untuk mengapresiasi pemikiran beliau dan lebih mengangkat humanisme dia dalam karya sastranya,” Ujar Clara Tobing Koordinator acara ini kepada Jumpaonline.
Acara yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi ini diisi oleh sastrawan Ayu Utami, dosen Filsafat Unpar Stefanus Djunatan, dan Koordinator Jakatarub Wawan Gunawan dan dilaksanakan di Graha Prakasita Paroki St. Laurentius, jalan Sukajadi, Bandung, 19 September 2015. Diawali dengan pembacaan dan pembahasan secara singkat makalah yang berjudul “Humanisme Mangunwijaya dan Paradoks Kecilnya” oleh Ayu Utami selaku Keynote Speaker. Ayu membahas karya-karya Romo Mangun dan pengaruhnya terhadap masyarakat.
Novel pertamanya yang berjudul Romo Rahadi, Romo Mangun menyebutnya bukan sebagai novel sejarah tapi “novel psikologi keragu-raguan”. Dari pernyataan tersebut Ayu menyebut pemikiran Romo Mangun sebagai “humanisme keraguan”.
“Pemikiran dia bisa dibilang humanisme keraguan dan dia adalah seorang humanis sejati,” ucap Ayu saat membacakan makalah tersebut.
Malam Apresiasi Y.B. Mangunwijaya dihadiri oleh puluhan orang dari remaja hingga orang tua, tidak terkecuali Fuad mahasiswa ITB jurusan Elektro. Dia mengetahui acara ini dari temannya dan cukup menikmatinya.
“Acaranya lumayan, tapi sayang anak muda yang datang ke sini kurang banyak,” ucapnya.
EGI BUDIANA