Neoliberalisme Mencengkram Indonesia (ekonomi.kompasiana.com)
Neoliberalisme Mencengkram Indonesia (ekonomi.kompasiana.com)

Gatot Subroto, JumpaonlineIndonesia tengah mengalami ancaman paham neoliberalisme yang tidak terlepas dari peran kaum kapitalis. Harga kebutuhan pokok yang melambung mengikuti kenaikan harga BBM, begitu pula harga materai, pajak yang tinggi dan lain-lain menjadi tolak ukur neoliberalisme mulai bercokol di Indonesia.

Andika Permadi, salah satu anggota Lajnah Khusus Mahasiswa Hizbut Tahrir Indonesia (LKM HTI) Bandung menyoroti sikap mahasiswa sekarang yang seolah tidak peduli dengan neoliberalisme. Menurutnya, sudah seharusnya mahasiswa mengkritik kebijakan pemerintah rezim Jokowi-Jusuf Kalla yang semakin tidak pro-rakyat.

“Belakangan ini muncul pertanyaan kemana mahasiswa disaat harga barang naik? Tapi lihat ada sekelompok mahasiswa yang kecewa terhadap pemerintahan ini dan turun ke jalan menggelar aksinya,” ujarnya saat mengisi materi diskusi Islamic Intellectual Meeting yang diadakan oleh LKM HTI Bandung.

Lebih lanjut Andika menjelaskan, dalam pandangan neoliberalisme, negara dianggap sebagai penghambat utama bagi kaum kapitalis sehingga terjadi upaya pelumpuhan negara. Dengan demikian pengurangan peran negara dilakukan dengan privatisasi sektor publik.

“Terjadinya penghilangan hak-hak istimewa BUMN dengan usaha swasta, seperti listrik, migas, dan jalan tol. Ini penjajahan cara baru, Indonesia mengarah ke arah ini,” ucapnya.

Berbeda dengan Andika, Dhani Kusuma, pembicara lainnya menyoroti neoliberalisme dari kacamata Islam. Menurutnya neoliberalisme yang menjerat negara kapitalis tidak sesuai dengan ajaran Islam.

“Contoh neoliberalisme adalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang tengah dihadapi Indonesia sekarang. Dari pandangan Islam tidak dibenarkan karena negara-negara bertransaksi secara kapitalis,” terang Dani, Sabtu, 21 Maret 2015.

MEA adalah salah satu bentuk pasar bebas, terjadinya perdagangan barang dan jasa se- Asia Tenggara dengan lebih mudah. Senada dengan Dani, Firman Ali, pembicara lainnya dari Gema Pembebasan menanggapi MEA sebagai perjanjian Internasional yang kapitalis dan liberalis. Selain itu, Firman mengajak peserta diskusi agar hanya mengambil ajaran yang ada dalam Islam.

“Mahasiswa Islam, ayo siapkan semua amunisi untuk lebih mahir di bidang teknologi tetapi bukan untuk sujud dalam kapitalisme,” kata Firman dalam forum diskusi tersebut yang bertajuk ‘MEA: Gerbang Liberalistik Holistik Ekonomi Indonesia’ di Aula Kampus I Piksi Ganesha Bandung.

 

Rifqi Faizal Muzakki

Anggota Muda LPM Jumpa Unpas Periode 2014-2015

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *