ilustrasi : republika.com

Jika dalam serial manga One Piece ada yang namanya istilah “Abad Kekosongan”, di Eropa ada Abad Kegelapan. Jika Abad Kekosongan terjadi antara 900 hingga 800 tahun sebelum alur cerita One Piece saat ini, Abad Kegelapan yang melanda Eropa terjadi setelah runtuhnya kekaisaran Romawi pada abad ke-5 hingga permulaan abad pertengahan tinggi sekitar abad ke-10. Disebut Abad Kegelapan atau Dark Age karena pada saat itu terjadi penurunan aktivitas intelektual yang dianggap signifikan. Lembaga pendidikan klasik, seperti sekolah retorika dan filsafat, sebagian besar menghilang, sehingga menimbulkan keterbatasan literasi pada kalangan gerejawi. 

Masyarakat Eropa pada abad itu tenggelam dalam ketidaktahuan. Kehidupan masyarakat yang terbelakang, banyak takhayul dan mitos, maraknya penindasan sosial, buta huruf, dan pengeksekusian terhadap orang-orang intelektual yang dianggap sesat. Hal itu kerap terjadi di Eropa, berbekalkan doktrin agama dalam pemahaman ilmiah. Namun, percayakah kalian bahwa Abad Kegelapan hanya terjadi di Eropa? Sebab, saat kegelapan menghantui masyarakat Eropa, justru dunia Timur dengan keislamannya tengah berada di puncak keemasannya. 

Pelarangan Pemikiran dan Doktrin Gereja

Sesudah seribu tahun abad pertengahan berlangsung, dimulailah pelarangan pemikiran serta penghapusan pemikiran dan seni yang ada sejak masa klasik. Pada tahun 529, gereja menutup akademi Plato yang berada di Athena, lalu mendirikan sebuah gereja. Dengan adanya hal itu, Kristen telah menggeser pemikiran filsafat Yunani. Dari sini, pendidikan, pemikiran, dan meditasi telah dimonopoli oleh gereja. Sistem yang berlaku hanya ditunjukkan pada para pengikut gereja, dan yang boleh dipercaya hanyalah pemikiran-pemikiran dari para pendeta, dari sinilah mengapa Petrarch (Francesco Petrarca), seorang ilmuwan dan penyair asal Florence, Italia, menyebut abad pertengahan Eropa sebagai Abad Kegelapan.

Abad Kegelapan juga sering disebut sebagai periode kekuasaan agama, mengapa demikian? Pada Abad itu, agama sangat mendominasi kepentingan kehidupan masyarakat Eropa. Sebuah rumusan yang dikemukakan oleh Anselmus dari Canterbury, yang berbunyi, “Credo ut intelligam.” yang berarti, “Imani dahulu, baru kemudian dimengerti.” Dari doktrin inilah, menghasilkan sebuah tafsir kebenaran tentang semua faktor kehidupan dan ilmu pengetahuan. Maka, semua yang tidak berhubungan dengan agama, dianggap melanggar hukum atau sesat. Segala tindakan dan keputusan gereja selalu didukung oleh pemerintah. Pada abad itu, kebijakan pemerintah untuk kepentingan kenegaraan tidak diputuskan berdasarkan demokrasi parlemen melainkan dari rekomendasi dewan gereja sehingga pemerintahan pun ikut disetir oleh gereja. Mereka yang memiliki kedudukan dalam gereja pun memiliki kehidupan yang makmur secara ekonomi, berbeda dengan masyarakat biasa yang kesulitan untuk bertahan hidup di tengah doktrin agama yang seharusnya membawa mereka kepada ketenangan dan kebahagiaan. 

Konsep ketuhanan pada abad itu dijauhkan dari makna aslinya dan mengalami pendistorsian. Sistem yang dipakai pada abad pertengahan, dengan pelarangannya terhadap ilmu pengetahuan, pemikiran, dan seni telah memberikan kegelapan dan mengubah dunia menjadi selayaknya penjara. Melalui penyelidikan pajak gereja dan doktrin lainnya, tidak ada satupun masyarakat yang diperbolehkan menyebarkan pengaruhnya melebihi pengaruh gereja. Nilai-nilai seperti kesetaraan, keadilan, dan rasa hormat rupanya telah dianggap kuno oleh masyarakat hanya mengandalkan teori lama yang diperbolehkan oleh gereja. Selain hal-hal yang tidak sejalan dengan gereja, akan dianggap sebagai ilmu sihir yang menyesatkan jiwa manusia. 

Kegagalan Ilmiah dan Menurunnya Kaum Terpelajar di Eropa

Seperti ketika muncul sebuah wabah besar yang disebut sebagai Black Death di sekitar tahun 1400-an, meski penelitian percaya bahwa wabah ini berasal dari bakteri yang dibawa oleh kutu tikus, namun masyarakat Eropa menganggap hal itu adalah sebuah ancaman sihir dan harus ada pengorbanan atau tumbal untuk menghentikannya. Alhasil, wabah Black Death yang bermula dari Italia karena tidak ditangani secara cepat dan ilmiah, menyebarlah dengan cepat ke seluruh Eropa, bahkan sampai ke dataran Arab dan China. Dalam sejarahnya, Black Death diingat sebagai suatu tragedi yang memakan korban. Sekitar 75 sampai 200 juta manusia Eropa kehilangan sepertiga populasinya, sementara China hampir setengahnya. 

Abad kegelapan Eropa dengan doktrin gereja yang memusuhi hal-hal bersifat ilmiah ini menjadi faktor menurunnya kaum terpelajar dalam lingkup masyarakat Eropa. Mereka yang ingin meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat merasa takut akan larangan gereja, banyak yang melakukan penyebaran ilmu pengetahuan secara sembunyi-sembunyi dan itupun untuk kalangan tertentu saja. Maka tidak heran Petrarch menyebut abad pertengahan sebagai Abad Kegelapan, yang mana masa kegelapan peradaban Eropa tidak banyak melahirkan tokoh-tokoh yang berpengaruh apalagi buku atau catatan-catatan yang menyakut tentang ilmu pengetahuan.

Abad Keemasan Islam yang Kontras dengan Eropa

Periodisasi zaman ini diajarkan pada kita semua seolah-olah sebagai bagian dari sejarah, seperti halnya abad pertengahan yang menjadi Abad Kegelapan. Faktanya, Abad Kegelapan itu hanya terjadi di Barat saja. Sementara di Timur mulai terjadi kebangkitan baik dari sisi agama maupun peradaban. Bahkan, abad pertengahan dalam sudut pandang Islam disebut sebagai “Ashr Al-Izdihar” yang berarti zaman kejayaan dan disebut juga “Al-Ashr Adz-Dzahabi” atau zaman keemasan. Kejayaan Islam ini berada di kawasan Timur yang dipenuhi dengan peradaban-peradaban kemanusiaan dan dipenuhi dengan sinar terang. 

Meski Eropa pada abad pertengahan tengah dilanda kegelapan, Islam dalam hal ini mampu menerangi Eropa yang gelap dengan bijaksana, sehingga Eropa berkembang pesat dan erat kaitannya dengan sumbangsih dari orang-orang Islam. Ini dibuktikan secara langsung dengan adanya hubungan langsung para sarjana Eropa yang belajar kepada orang-orang Islam pada saat itu untuk membawa Eropa ke masa keemasannya. 

Periode keemasan Islam ini terjadi antara abad ke-6 sampai ke-13 Masehi, yang dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW yang ditandai dengan dibuatnya piagam Madinah. Dalam hal ini, masyarakat Madinah dipersatukan tanpa memandang latar belakang suku dan agamanya. Dalam kurun waktu kurang dari 100 tahun setelah berdirinya pemerintahan Islam di Madinah, pengaruh kekuatan Islam ini telah sampai ke berbagai penjuru dunia, mulai dari daratan China sampai ke samudra atlantik dan dari benua Eropa, Afrika bahkan sampai ke Nusantara. 

Di saat yang sama, ketika Eropa tengah dilanda kegelapan oleh doktrin agama, Islam pada saat itu mengalami masa keemasan yang ditandai dengan banyaknya para ilmuwan muslim yang ahli di berbagai bidang masing-masing. Banyak juga didirikannya madrasah-madrasah dan muncul buku-buku ilmiah yang diterbitkan pada saat itu. Islam pada masa itu memiliki kekokohan kebudayaan dan menghasilkan keemasan meskipun politik Islam mengalami perubahan secara signifikan, namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di wilayah Islam baik ilmu aqliah seperti filsafat, matematika, kedokteran, kimia, dan lainnya, maupun ilmu naqliah seperti ilmu tafsir yang berbasis pada penelitian Al-Quran maupun ilmu hadis bahkan mencapai puncaknya pada era Abbasiyah berkat upaya-upaya penerjemah yang kemudian dikenal dengan nama Khizanah Al-Hikmah. 

Penyebaran Islam di Eropa dan Akhir Abad Kegelapan

Penyebaran Islam pertama kali ke Eropa khususnya Andalusia atau sekarang dikenal dengan Spanyol dimulai pada tahun 711 melalui jalur Afrika Utara. Andalusia menjadi kerajaan Islam berawal setelah Abdurrahman Ad-Dakhil pada tahun 756 berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di Spanyol. Islam menguasai Spanyol hampir 8 abad lamanya dengan melahirkan kemajuan pesat di semua aspek seperti sosial, ekonomi, arsitektur, agama, sastra, dan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Al-Hakam. Buku-buku ilmiah didatangkan dari Timur sehingga Cordoba dan universitasnya mampu menyaingi Baghdad pada masa itu.

Masa keemasan Islam di Spanyol banyak melahirkan sarjana-sarjana Islam yang berhasil menghidupkan disiplin ilmu pengetahuan Yunani dan berhasil memperluas jangkauannya serta memperkuat dasar tumpuan untuk lahirnya pengetahuan baru yang lebih modern. Beberapa, seperti filsafat pada sosok Al-Kindi dan Ibnu Rusyd yang juga dikenal sebagai aferos di Eropa. Ilmu kedokteran pada sosok Ibnu Firnas yang menjadi tokoh pertama yang membuat kaca dari batu dan menjadi orang pertama yang mempelajari dan melakukan uji coba penerbangan. Ilmu Matematika pada sosok Al-Khawarizmi yang terkenal karena penemuan aljabar yang menjadi dasar algoritma. Ilmu sejarah dan sosiologi pada Ibnu Khaldun dengan karya besarnya Mukadimah.

Dalam hal ini Herbert Abraham Davies, seorang sejarawan yang menulis An Outline History of The World menyatakan bahwa dunia ilmu pengetahuan banyak berhutang budi kepada kaum Islam, barangkali merekalah yang menemukan apa yang disebut angka-angka arab, secara praktikal ciptaan mereka. Mereka menunjukkan ilmu ukur sudut Optika dan ilmu bintang. Merekalah yang menemukan lonceng gantung atau pendulum, dan di bidang pengobatan, mereka melakukan pembedahan-pembedahan tersulit yang pernah diketahui. Mereka telah mengetahui cara membisu serta beberapa cara mengobati orang-orang sakit yang sampai sekarang masih dipakai ketika di Eropa secara praktikal dilarang oleh gereja. Di saat praktik pengobatan dilakukan dengan upacara agama seperti mengusir kutukan-kutukan, bahkan mumi manusia sempat dianggap sebagai obat penyembuh, kala itu kaum Islam telah mempunyai kedokteran yang sesungguhnya.

Peradaban Islam masuk ke Eropa melalui kerajaan Turki Usmani yang telah mencapai puncak kejayaan, hingga pada tanggal 29 Mei 1453, Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel, lambang Imperium Bizantium yang terkuat momen penaklukan oleh Khilafah Utsmani ini otomatis mengakhiri abad kegelapan di Eropa dan memberi cahaya baru bagi Eropa.

Sejarah dan Sosiologi menegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama perpindahan Eropa dari gelapnya abad pertengahan menuju terangnya masa renaisans di masa ketika Eropa mengalami kemunduran di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan di banyak bidang lain. Kaum Muslim kaya akan ilmu pengetahuan dan kemampuan hebat dalam membangun kejayaan itu. Pada akhirnya, dengan adanya era renaisans yang terjadi di Eropa maka berakhirlah Abad Kegelapan Eropa yang berlangsung di abad pertengahan.

 

TRISYA ZAHIRAH ARYANI PUTRI

Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: NIPA RIANTI NUR RIZKI DEWI

 

Sumber:

Meyra. Sejarah Eropa: Sirnanya Kegelapan Eropa dengan Cahaya Islam yang Menerangi Masa Renaissance. Kompasiana. Diakses dari https://www.kompasiana.com/meyra18075/61bc5ce31573956db40c84f2/sejarah-eropa-sirnanya-kegelapan-eropa-dengan-cahaya-islam-yang-menerangi-masa-renaissance

Ricky Jenihansen. National Geographic Indonesia. Bagaimana Peradaban Muslim Mengeluarkan Eropa dari Zaman Kegelapan. Diakses dari https://nationalgeographic.grid.id/read/133750133/bagaimana-peradaban-muslim-mengeluarkan-eropa-dari-zaman-kegelapan

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *