Potret penayangan Garis Pelakon dalam rangkaian acara Apresiasi Film Jawa Barat (AFJB) dalam program pemutaran Special Screening dan Layar Ekspresi #2 Dokumenter pada Sabtu, 2 Desember 2023. (Eka Puti/JUMPAONLIINE)
Potret penayangan Garis Pelakon dalam rangkaian acara Apresiasi Film Jawa Barat (AFJB) dalam program pemutaran Special Screening dan Layar Ekspresi #2 Dokumenter pada Sabtu, 2 Desember 2023. (Eka Puti/JUMPAONLIINE)

Bandung, Jumpaonline – Kurangnya atensi terhadap wayang menjadi salah satu permasalahan yang berkembang di kalangan masyarakat. Hal inilah yang menjadi fokus utama dalam film dokumenter berjudul Garis Pelakon. Pemutaran film ini merupakan salah satu rangkaian yang diadakan oleh Apresiasi Film Jawa Barat (AFJB) dalam program pemutaran Special Screening dan Layar Ekspresi #2 Dokumenter hari ke-3 pada Sabtu, 2 Desember 2023. Bertempat di Bandung Creative Hub, tahun ini, AFJB mengusung tema  “Berakar Tradisi Berbuah Globalisasi”.

‘Garis Pelakon’ menceritakan soal berkurangnya minat masyarakat terutama generasi millenial terhadap wayang golek. Iko, sutradara Garis Pelakon, mengungkapkan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kurangnya peran media dalam mengekspos wayang golek. Akibatnya, masyarakat dan pemerintah menjadi tidak memiliki ketertarikan terhadap wayang golek.

“Karena pertama, dari si wayang golek sendiri kurang terekspos kawan-kawan. Sangat kurang terekspos dari segi medianya.” ujar Iko.

Meskipun begitu, Iko berpendapat bahwa wayang golek tidak akan punah. Lebih lanjut lagi, ia justru melihat bahwa globalisasi memberikan banyak peluang. Lewat globalisasi, para dalang justru bisa mendapatkan inspirasi untuk terus berkembang. Iko mencontohkan hal ini lewat sosok Senda Riwanda, yang notabenenya merupakan seorang dalang yang bergerak dalam seni wayang kontemporer.

“Malah dengan adanya globalisasi, para dalang itu selalu mendapatkan inspirasi yang bakal terus berkembang.  Kaya Kang Senda Riwanda beberapa wayangnya itu adalah kontemporer,” tambah Iko.

Dalam pengerjaanya, Garis Pelakon sendiri membutuhkan waktu selama dua bulan. Film ini juga sebetulnya merupakan buah kerja sama dalam progam Lensa Kreatif yang tiap tahunnya diusung oleh Kementerian Ekonomi Pariwisata Kreatif.

“Dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi garis pelakon ini hanya membutuhkan sekitar dua bulan,” pungkasnya.

 

EKA PUTI

Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: RIZKY RAHMALITA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *