Potret Zahra Syamsi dari Mahasiswa Pascasarjana Telkom University (paling kiri) sebagai moderator saat penyampaian materi oleh (dari kiri ke kanan) Wanti sebagai pemateri dari Gerakan Buruh Kerakyatan, Luvhi sebagai pemateri dari Srikandi Pasundan, dan Adinda sebagai pemateri dari UKSK UPI pada acara Pra International Women’s Day Sabtu, 04 Maret 2023 (Astri Awalani Putri/JUMPAONLINE)

Bandung, Jumpaonline Simpul Puan menyelenggarakan konferensi pers, diskusi terbuka, dan konsolidasi aksi peringatan Pra International Women’s Day (IWD) bertema “Mengurai Perjuangan Gerakan Perempuan melalui International Women’s Day” untuk menghadapi perempuan yang masih mengalami penindasan, baik itu penindasan kelas ataupun lainnya. Acara ini diselenggarakan di Bale RW 02, Dago Elos, Kota Bandung pada Sabtu, 04 Maret 2023. 

Nana, salah satu anggota gerakan perempuan dari Simpul Puan, mengatakan, Pra IWD diselenggarakan sebagai bentuk perlawanan perempuan kelas pekerja yang ingin mendapatkan keadilan upah yang sesuai. Permasalahan tersebut masih terus berlanjut hingga saat ini, sejak pertama kali terbentuknya IWD. 

“Tujuan utamanya sebagai simbol perlawanan perempuan kelas pekerja. Selain itu, memperingati pula isu-isu dari IWD pada tahun 1909 yang masih sama kayak sekarang. Walaupun sudah 8 jam kerja, tetapi mendapatkan gaji yang kecil. Yang intinya kesetaraan upah buruh,” ujarnya. 

Nana berkeinginan acara ini menjadi wadah bagi perempuan, minoritas gender, buruh perempuan, dan kaum miskin kota yang perlu mendapatkan keadilan. Bukan hanya saat peringatan saja tetapi seterusnya, bahkan dapat menjadi tempat menukar pikiran.

“Harapan saya menjadi wadah untuk tukar pikiran bagi perempuan dan minoritas gender, untuk bersama-sama saling mendukung satu sama lain tidak terpisah-pisah,” ujarnya. 

Nida Nur Hamidah, salah satu Mahasiswa dari Great UPI, mengatakan, bahwa kita perlu menumbuhkan kesadaran atas kekerasan seksual dalam lingkungan kampus. Sulitnya melawan normalisasi budaya yang ada, maka perlu kesadaran untuk ditumbuhkan, bukan hanya mengimplementasikan Permendikbud yang ada. 

“Kita perlu menumbuhkan bagaimana membangun kesadaran setelah ada Permendikbud, bukan hanya mengimplementasikan, tapi bagaimana kita akhirnya memiliki perasaan bahwa kekerasan seksual harus dihapuskan. Jadi ini salah satu langkah awal menghapus kekerasan seksual di lingkungan kampus,” ujarnya. 

Ia berharap perempuan mendapatkan hak atas dirinya dengan menghapuskan patriarki dan memperoleh ruang aman, baik itu secara biologis maupun sosial. 

“Harapan saya di perayaan IWD khususnya, gimana caranya bahwa perempuan bisa menjadi perempuan tanpa harus berhenti menjadi manusia,”pungkasnya   

 

ASTRI AWALANI & ADINDA MALIKA

Pengurus & Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: R.SABILA FAZA RIANA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *