Potret salah satu miniatur digital di Museum Gedung Sate, Bandung, pada Minggu, 15 Januari, 2023. (Aisyah Nur Syabani/JUMPAONLINE)

Kampusiana, Jumpaonline – Museum Gedung Sate berada di Jalan Diponegoro, Kota Bandung yang diresmikan pada 8 Desember 2017 oleh Gubernur ke-13 Bandung, Ahmad Heryawan dan wakilnya, Deddy  Mizwar dengan konsep edukasi digitalnya “Smart Museum”. Museum ini disebut dengan Museum Gedung Sate karena terletak di wilayah Gedung Sate. Museum tersebut dianggap menjadi pioneer, penggagas museum akan teknologi.

Emweno, edukator Museum Gedung Sate, menuturkan, museum ini dibuka untuk umum agar khalayak dapat mempelajari sejarah dari bangunan landmark kebanggaan mereka, untuk foto-foto, dan rekreasi. Ditambah dengan adanya perkembangan teknologi yang canggih, mereka dapat menikmati isi dan sejarah museum itu sendiri.

“Bisa dibilang pioneer, bukan hanya di Jawa Barat, namun di Indonesia, smart museum jadi sejarah dibalut dengan digital. Targetnya pun supaya kaum milenial khususnya generasi Z bisa datang ke museum belajar tanpa merasa museum itu adalah hal yang tua,” ujarnya.

Emweno, menambahkan, tentang perkembangan teknologi yang digarap di museum Gedung sate, dari awal pun museum ini sudah dijalankan bersamaan dengan teknologi. Digital museum ini bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung, merancang bagian virtual reality-nya.

“Museum Gedung sate sudah inklusif atau smart museum, kalo kita compare dengan geologi yang mulai mengadaptasi teknologi, ada perbaruan di teknologi, ada virtual reality, augmented reality, ada beberapa digital led,” pungkas Emweno.

Gilang, salah satu pengunjung Museum Gedung Sate merasakan bahwa museum dengan teknologi ini bukan hanya karena perkembangan zaman, namun sebagai ketertarikan khalayak. Apalagi mereka yang memang baru pertama kali mengunjungi museum, ada kepuasan tersendiri yang di dapat.

“Saya pernah ke museum, tapi untuk suasananya yang dicampur dengan teknologi baru first time. Jadi melihat suasana berbeda dari sisi yang berbeda juga. Kalau pikiran orang museum itu membosankan, dengan hal ini ada 3D-nya, ada berbagai fitur animasinya jadi lebih keren,” pungkas Gilang.

 

AISYAH NUR SYABANI

Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: ALISYA NUR FACHRIZA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *