Potret mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) yang menampilkan sebuah pagelaran dalam acara Pergelaran Sastra ‘Rotaripulasi’ pada Kamis, 11 Juli 2024 di Teater Tertutup Taman Budaya, Bandung, Jawa Barat. (Ade Nurul Aulia/JUMPAONLINE)

Kampusiana, Jumpaonline Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pasundan menyelenggarakan penugasan pergelaran sastra bagi angkatan 2021. Salah satu tema dari pergelaran sastra tersebut mengangkat isu kesetaraan gender berjudul “Rotaripulasi” pada hari Kamis, 11 Juli 2024 bertempat di Teater Tertutup Taman Budaya, Bandung, Jawa Barat. 

Rosdiana, pimpinan produksi pergelaran sastra, menerangkan, tema dari penampilan tersebut mengangkat isu kesetaraan gender dengan perspektif berbeda yaitu merotasi perspektif secara umum terhadap perempuan sebagai pihak yang membutuhkan kesetaran. Tema ini diusung berdasarkan hasil pengamatan kondisi sosial, di mana pada kenyataannya bukan hanya perempuan saja yang membutuhkan kesetaraan tetapi laki-laki juga membutuhkan kesetaraan tersebut.

“Mungkin memang benar masih banyak perempuan yang suka di bully atau dilecehkan, tapi diluaran sana ternyata masih ada juga kok laki-laki yang justru dizalimi sama perempuan, bahkan sampai bunuh diri,” jelas Rosdiana.

Krisna, salah satu pemeran utama pergelaran sastra, menyampaikan, pergelaran ini berisi tentang porsi laki-laki yang seharusnya menjadi pihak yang memimpin, menjaga serta mengatur dalam hubungan rumah tangga, juga tidak menghakimi satu sama lain. Selain itu, terdapat porsi bagi perempuan untuk tidak diperbolehkan bagi perempuan untuk mengatur laki-laki terkait urusan dalam rumah tangga. 

“Kalo merasa ada yang diserbu kaya si Tono tadi dan ga ada satupun yang membantu, dan malah mendukung si perempuan itu untuk memenjarakan karena takut dengan adat yang ada disitu,”tuturnya

Yunita, pengunjung pergelaran sastra, mengungkapkan, pertunjukan ini mengangkat isu kesetaraan gender yang terbilang cukup berat. Dari cerita yang diangkat juga banyak pesan yang tersampaikan tentang bagaimana kesetaraan gender dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.

“Kalo menurut aku, dari cerita yang diangkat itu lumayan berat, karena kalau di sini itu berarti dirotasi peran gendernya. Perempuan dan laki-laki juga punya porsinya masing-masing jadi jangan merasa capek sama porsi kita,” pungkasnya.

 

ADE NURUL AULIA

Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas 

Editor: AILSA ARGIANTI ELYSIA 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *