(Dok. Radif Publisher)

“..ketika kita mengenal banyak manusia, kita akan semakin mengenal diri sendiri..”

Jika kita berbicara mengenai pemberdayaan masyarakat, kita akan menjumpai sekelompok orang yang biasanya memiliki kepentingan untuk menarik perhatian. Terlebih saat masa kampanye politik, di mana sekelompok orang bertujuan mendapatkan massa dan dukungan. Namun, jika anak muda yang memiliki niatan demikian sedikitnya agak menarik perhatian di kalangan masayarakat.

Adalah Shitaaram, Alumni Manajemen FEB USU 2014 yang memiliki tekad untuk memperdayakan masyarakat khususnya kaum disable dan minoritas. Hal ini disampaikannya usai wawancara mengenai langkah berikutnya usai dirinya kembali ke daerah Sumatera Utara setelah mengikuti Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) untuk SSEAYP 2018.

“Aku pengen mengabdikan diriku untuk masyarakat khususnya masyarakat disable dan minoritas yang aku rasa sangat dikucilkan oleh masyarakat luas. Hal ini aku tuangkan karena keinginanku ke depan untuk menjadi Social Preneur sebagai wujud nyata dari disiplin Ilmu aku,” ungkapnya.

Shitaaram adalah gadis yang berasal dari keluarga campuran Sunda-India Tamil. Menurutnya, etnis India Tamil tergolong masyarakat minoritas di kota Medan ini. Padahal, orang-orang India ini memiliki potensi dan intelligent yang sangat mendukung untuk perkembangan bangsa Indonesia. Namun mereka merasa minder dikarenakan takut dikucilkan.

Melalui pemahamannya ini, dirinya sudah merancang beberapa rencana kedepannya untuk membangun masyarakat. Alasan dirinya memilih kaum disable dan minority karena ingin memberikan pembaharuan bahwa siapa saja berhak untuk mendapatkan kesempatan meraih kesuksesan.

Shitaa juga mengaku bahwa keinginannya ini ia tekadkan selama dirinya melalui proses pembelajaran dan perjalanan di PPAN 2018. Dirinya memiliki kesempatan untuk mengelilingi 10 negara Asia Tenggara dan tentunya Jepang sebagai sponsor dari kegiatan SSEAYP (The Ship of South East Asian and Japanese Youth Program). Selama diperjalanan dirinya mengamati dan juga mempelajari pola kehidupan masyarakat di luar dengan membandingkan juga masyarakat di dalam negeri.

“Aku rasa, aku mampu dan siap untuk melakukan ini. Sebab aku ingin empowerment kaum disable dan minority ini bahwa kita tak harus membatasi diri lagi. Kita harus bertemu banyak orang di luar lingkup kita untuk mengenali sejauh mana kemampuan kita. Karena ketika kita banyak mengenal manusia, kita akan semakin mengenali diri kita sendiri,” sahut Shitaa.

Dirinya menganggap bahwa isu mengenai keberagaman di Indonesia sangatlah unik. Dan keunikan ini wajib ditonjolkan untuk contoh negara yang aman dan penuh toleransi antar manusianya di kancah dunia.

Shitaa sendiri memiliki pengalaman untuk terjun ke masyarakat melakukan pengabdian melalui kegiatan yang diikutinya. Salah satu dari pengalamannya adalah sempat mengajar PEMA FEB di sekolah dasar PAB-IT dan Surya Bahagia dan juga kegiatan sosial melalui komunitas penerima beasiswa GenBI USU. Melalui kedua kegiatan ini dirinya yakin memiliki bekal untuk mewujudkan tekad perdayakan masyarakat, ditambah lagi pendalaman pengetahuannya yang didapatkan melalui kegiatan PPAN 2018.

“Semuanya ini aku tekadkan karena balasan apa yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan sudah memberi segalanya untukku, beasiswa, PPAN dan lulus Cumlaude juga dikasih sama Tuhan. Bahkan sampai detik ini aku bisa bernafas juga atas izin pemberian dari Tuhan. So, kenapa enggak aku juga turut memberikan warna baru untuk mereka yang memiliki keadaan yang berbeda,” ucapnya tegas ketika ditanya mendalam mengenai tekad besarnya Shitaaram.

Radif Publisher

Perusahaan Publitas, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP, Universitas Sumatera Utara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *