Sumber: bola.com
Sumber: bola.com

Apa Kata Wasit?

“Dia memprovokasi saya, menyecar si panitia, menyecar saya lah sampai nunjuk-nunjuk saya ketika memang pertandingannya sudah beres. Gak terima FT kalah, merasa dicurangi juga oleh berbagai hal,” ujar Revivo Cesario tatkala menceritakan peristiwa tak menyenangkan yang ia alami saat bertugas sebagai wasit pada helatan Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) 63, Senin, 18 Desember 2023 silam.

Senin pagi kala itu, Revivo bersama salah satu rekannya memimpin pertandingan cabor basket yang mempertemukan tim FH dan FT. Paruh awal pertandingan masih berjalan tanpa kendala berarti, tiap tim bermain secara sportif dan sehat. Revivo bertutur, iklim pertandingan berubah jadi ‘panas’ ketika memasuki quarter tiga. Salah satu pemain dari FT mengajukan protes atas keputusan dugaan travelling.

“Kejadiannya harusnya mungkin travelling yah dari angle partner saya. Cuma, dari angle saya kan saya tidak melihat itu travelling atau enggak. Akhirnya, permainan dilanjutkan,” ungkap Revivo tatkala diwawancarai tim Jumpaonline pada Rabu, 20 Desember 2023 lalu.

Ia lanjut menceritakan soal protes yang dilayangkan. Revivo terpaksa menjatuhkan technical foul kepada pemain tersebut sebab ia telah memprotes secara berlebihan. Pemain tersebut berteriak kepada wasit dengan nada yang sangat tinggi.

“Saya contohkan, ‘Travelling!’ Dengan nada yang sangat tinggi dan langsung menunjukkan muka ke saya kaya mau beradu jotos, adu fisik,” Revivo melanjutkan, “sesuai SOP-nya juga itu harus di-technical foul yang berarti itu adalah, kalau di peraturan basketnya, attitude atau behaviour-nya dia sudah kelewatan.”

Tatkala keputusan technical foul ini diambil, sontak segenap tim FT dan pelatih riuh rendah ‘ramai’ mengajukan protes. Revivo mencoba menjelaskan dengan telaten. Kesepahaman bersama pelatih akhirnya berhasil ia capai, namun tidak dengan pemain yang berteriak padanya. Soal technical foul ini, Revivo lantas menjelaskan ketentuannya. Seorang pemain maksimal mendapatkan dua technical foul sampai bisa ‘ditendang’ keluar lapangan. Revivo mengaku tak tahu menahu mengapa akhirnya pemain yang mengajukan protes ini tidak bermain kembali.

“Akhirnya, digantilah dia. Sebenernya, saat digantinya, dia lanjut lagi permainan sampai terakhir. Tapi dia gak dimainin, bukannya dia gak bisa main karena kena technical foul,” ia melanjutkan, “seharusnya kalau dia ngerti peraturan, dia masih bisa main.”

Saat tim FH berhasil memenangkan pertandingan dengan selisih skor tipis sebanyak satu, protes menguar di udara. Table dihampiri protes yang berasal dari kedua belah pihak. Keributan tak dapat dihindari. Pemain yang ia beri technical foul tak terima dengan jalannya pertandingan.

Ia lalu masuk ke dalam bagian penting dari semua ini: perbuatan tak menyenangkan. Selepas pertandingan berakhir, Revivo menjalani evaluasi di ruang wasit. Di sana ia menerima masukan dan refleksi, namun Revivo yakin bahwa keputusan yang ia ambil sudah benar sesuai dengan SOP yang dipegang teguh oleh wasit.

Ketika sesi evaluasi ini berakhir, Revivo lanjut bergerak keluar area GOR Pajajaran untuk mencari sarapan. Ia bertemu dengan pemain yang terkena technical foul  tadi. Sang pemain lalu berseru sambil menunjuknya, “Wasitnya keren, wasitnya keren!”

Revivo merasa tersinggung atas tindakan ini. Dengan geram ia menceritakan bahwa ia sedikit memajukan tubuhnya kepada sang pemain. Sang pemain balik membalasnya dengan gerak tubuh yang serupa. Ketika hal ini terjadi, Revivo dengan cepat dikerumuni oleh segerombolan orang.

“Saya ngerasa sih, saya ditendang di bagian kaki,” ungkapnya.

Ia turut menerima banyak makian. Sebutan ‘wasit kampung’ dan ‘cupu’ tak urung harus ia terima. Revivo langsung menghubungi koordinatornya. Menjelang berlangsungnya game kedua, salah seorang seniornya yang akan bertugas merasa ragu-ragu untuk melanjutkan pertandingan jika jaminan keamanan wasit tak di tangan.

“Belum tentu game selanjutnya juga kita jaminannya bakalan aman. Ada risikonya juga. Makanya kita cut aja, gak usah ngewasitin. Apalagi udah ada perilaku kekerasan terhadap saya,” ujar Revivo.

 

Apa Kata Penyelenggara?

Ketika diwawancarai via virtual conference pada Senin, 25 Desember 2023, Muhammad Rizki Maulana, ketua pelaksana POM 63 mengaku baru mengetahui kabar soal penyerangan wasit secara langsung dari pihak wasit ketika mediasi pertama dilangsungkan.

“Kalau dari pihak panitia mah cuma tahu kalau wasit ditendang Kang, itu juga wasit lain yang bilang. Wasit korban udah pulang. Untuk penyebabnya belum tahu juga,” kata Rizki.

Azmi Risma, ketua umum KOM Unpas 2023-2024, tengah duduk di bagian kursi VIP saat keributan tiba-tiba menyeruak. Ia melihat salah seorang yang berasal dari FT merasa tak terima dan lantas menghampiri table. Suasana jadi ‘ramai’ karena suporter sempat turun ke lapangan.

“Dalam sudut pandang saya, memang poinnya sempat kejar-kejaran. Terus memang tiba-tiba ada salah satu dari FT yang tidak menerima, alasannya saya kurang paham soalnya saya dari jarak jauh melihatnya dan gak fokus ke meja pertandingan,” ujar Azmi tatakala diwawancarai via virtual conference, pada 25 Desember 2023 lalu.

Diketahui, protes dilayangkan oleh salah satu pemain yang berasal dari FT. Setelahnya, ia melihat suporter beramai-ramai turun ke lapangan. Panitia sempat pula jadi korban dari tindakan tak menyenangkan.

“Bahkan, ada juga panitia yang kena pukul. Ada yang diludahi juga,” tambah Azmi

Berdasarkan penuturan Azmi, KOM sempat mengadakan mediasi sebanyak dua kali untuk merespons keributan yang terjadi. Mediasi pertama dihadiri oleh pihak FT, FH, dekan FT, koordinator suporter FT, perwakilan kemahasiswaan, dan wasit. Mediasi ini lebih diarahkan pada pembahasan soal kemungkinan apakah pertandingan dapat diulang kembali. Pada mediasi pertama inilah, pihak penyelenggara mendapatkan informasi soal tindakan tak menyenangkan yang dialami wasit.

“Akhirnya dari dekannya FT, yang bilang ‘Sudahlah tidak usah ada pengulangan bermain. Kalau memang kalah yah sudah,’ dari pihak FT sudah berbicara seperti itu. Yah sudahlah sekarang mah kita sama-sama mengevaluasi apa yang sudah terjadi tadi, pengamannya kita ketatin lagi,” kata Azmi.

Azmi menuturkan bahwa KOM sudah mengetahui pelaku tindak tak menyenangkan kepada wasit. Ia lanjut menambahkan bahwa KOM berinisiasi untuk menindaklanjuti apa yang sudah terjadi untuk menghindari pengulangan insiden tak menyenangkan di masa mendatang. Ketika ditanyakan soal siapa pelakunya, Azmi mengungkapkan bahwa pelaku merupakan pemain.

“Nama orang tersebut sebenarnya bukan pas POM tahun ini aja membuat kegaduhan, tapi di tahun lalu juga ada. Tahun lalu sebagai koor suporter dan tahun ini sebagai pemain,” ungkap Azmi.

Azmi lanjut meluruskan soal keputusan pemberhentian cabor basket. Ia menegaskan, pemberhetian ini dilakukan oleh pihak rektorat melalui mediasi pihak wasit, seluruh BEM, kemahasiswaan, dan KOM. Pihak yang tersebut telah menandatangani surat pemberhentian cabor basket. Sampai saat ini, KOM telah mendatangi setiap BEM fakultas untuk membuat surat keberatan soal pemberhentian untuk menindaklanjuti pelaku.

“Sekarang sedang diproses untuk menindaklanjuti si pelaku ini dan nantinya rencananya memang akan diadakan pertemuan antara para BEM dan pihak rektorat mengenai hal itu,” tambah Azmi.

Azmi sempat menerima keluhan-keluhan yang menyuarakan supaya basket tetap diadakan dalam bentuk fun games dengan wasit yang lain. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan pemberhentian sudah ditandatangani di atas materai oleh perwakilan BEM dan kemahasiswaan sehingga pertandingan ulang tak mungkin dilaksanakan.

“Karena namanya sudah ditandatangani di atas materai berarti sudah ada kekuatan hukumnya yah Kang. Kalau kita menjalankan pertandingan itu, kami rasa ilegal,” tutup Azmi.

Apa Kata FH dan FT?

Muhammad Agung Abdul Rochman, kapten tim FH, menceritakan kronologi dari sudut pandangnya sebagai pemain. Selepas pertandingan, ia keluar lapangan menuju tribun kanan dan lanjut menjalani evaluasi bersama timnya. Agung mengaku hadir di tempat, namun lebih fokus pada agenda evaluasi yang tengah ia lakoni. Meskipun begitu, sesaat setelah pertandingan berakhir, ia melihat bahwa suporter mulai ricuh.

“Ricuhnya tuh yang cuma kaya omong-omongan, teriakan-teriakan gitu doang. Gak yang ricuh main fisik gitu, gak ada. Yang aku liat yah,” tutur Agung yang diwawancarai tim Jumpaonline via press conference pada Jumat, 22 Desember 2023 lalu.

Agung bersama timnya juga mendapat instruksi dari pelatih tim FH untuk tidak terlebih dahulu meninggalkan tempat mereka melangsungkan evaluasi.

“Di situ tuh kita emang gak boleh keluar sama pelatih kita karena emang di situ keadaannya lagi rame kan yah di luar katanya,” ungkap Agung.

Tim Jumpaonline telah menghubungi Farid Budi Nurfajar, Gubernur FEMA FT periode 2023-2024, via WhatsApp pada Jumat, 22 Desember 2023 lalu. Farid menolak diwawancarai atas alasan untuk tidak memperkeruh suasana.

“Keberatan saya Kak. Dengan penambahan data/berita yang akan di-upload lagi tentang masalah POM, saya pikir hanya akan memperburuk suasana,” balasnya via pesan pribadi kepada tim Jumpaonline.

Ketika ditanyakan soal apakah jawabannya telah mewakili kesediaan tim basket FT, Farid balik bertanya soal siapa sajakah yang diwawancarai perihal kejadian POM kemarin. Per 22 Desember pukul 18.45, ketika tim Jumpaonline menanyakan kembali soal kebulatan keputusan pihak FT, Farid tak membalas pesan tim Jumpaonline hingga saat ini.

Apa Kata Rektorat?

Cartono, Wakil Rektor Belmawabud, menyayangkan insiden yang terjadi. Ia melihat bahwa insiden semacam ini merusak nilai-nilai sportifitas. Baginya, insiden ini perlu untuk diusut tuntas karena memperlihatkan pola keberulangan.

“Saya akan tuntaskan itu dan merumuskan sanksi. Bahkan, mungkin menjadi dasar bagi perumusan peraturan yang terkait dengan hal itu sehingga segala pelanggaran, dasar regulasinya ada untuk menindak,” ujar Cartono ketika diwawancarai oleh reporter Jumpaonline di ruangannya pada Rabu, 27 Desember 2023.

Sejauh ini, Cartono masih mengumpulkan banyak fakta dan data demi menghasilkan keputusan soal perumusan sanksi yang bersifat mendidik. Lebih lanjut lagi, ia menjelaskan bahwa memang insiden ini menjadi bahan evaluasi bersama. Menurutnya, evaluasi ini bisa dituangkan dalam bentuk pembinaan berjenjang. Institusi juga harus mengeluarkan regulasi bersifat makro untuk pembinaan kegiatan kemahasiswaan.

“Tindakan kemarin yang dipertontonkan, melakukan tindak kekerasan dan tak sesuai norma, itu sudah di luar batas,” pungkas Cartono.

 

RIZKY RAHMALITA

Reporter data: RIZKY RAHMALITA, RIZKI ANUGRAH

Editor: HAIDAR ALI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *