Tangkapan layar Nurjannatin Aliya (kiri) selaku moderator dan Reni Apriliana (kanan), Sutradara Film “Telur Setengah Matang”, saat berlangsungnya webinar yang bertajuk “Peran Perempuan dalam Lingkar Sineas: Konstruksi Makna dalam Peran Perempuan” pada Sabtu, 10 Juli 2021. (Ulfa Nuraeni/JUMPAONLINE)

Kampusiana, Jumpaonline – Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan menyelenggarakan webinar yang bertajuk “Peran Perempuan dalam Lingkar Sineas: Pergantian Konstruksi Makna dalam Peran Perempuan” dalam rangka Kegiatan Kerja Praktek Terpadu. Webinar ini menghadirkan Reni Apriliana, Sutradara film “Telur Setengah Matang” yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting pada Sabtu, 10 Juli 2021. Dalam webinar tersebut dijelaskan bagaimana kemajuan para sineas menciptakan wacana-wacana baru terkait perempuan.

Reni mengatakan, dahulu perfilman hanya membahas tentang perempuan sebagai objek saja. Tetapi, tutur Reni, sekarang ada wacana yang lebih besar seperti hadirnya pembicaraan mengenai masyarakat dan kejadian-kejadian politik pada saat itu.

“Sekarang tidak hanya membahas tentang perempuan saja, tetapi bagaimana kita membahas dan melihat inti cerita dari film itu,” ujar Reni.

Reni memaparkan, pada zaman dulu, peran perempuan sangat minim sekali keterlibatannya dalam memproduksi sebuah film, apa lagi menjadi sutradara. Karena yang mendominasi sineas di Indonesia pada saat itu adalah laki-laki. Tetapi menurut Reni, hal tersebut sudah berubah, pada saat ini banyak perempuan yang bergulat di dunia seni, terutama film.

“Perempuan yang memiliki peran dalam dunia perfilman sekarang sudah banyak sekali. Pada saat ini bisa kita temui perempuan yang berperan sebagai sutradara atau pun editor film,” tambahnya.

Reni menstimulus, perempuan Indonesia jangan berkecil hati dan patah semangat untuk bisa menjadi sutradara karena di Indonesia pun sudah ada beberapa sineas perempuan yang telah menorehkan prestasinya dalam dunia perfilman seperti Sofia W.D dengan filmnya yang berjudul “Badai Selatan”, Mouly Surya dengan karyanya “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak”, dan Kamila Andini dengan filmnya “Sekala Niskala”.

“Tokoh-tokoh tersebut menjadi penyemangat dan bukti bahwa peran perempuan tidak hanya sebatas penikmat saja, tetapi bisa kok menjadi sutradara,” kata Reni.

Reni menambahkan, pada saat ini sudah ada gerakan-gerakan yang mulai sadar tentang masalah pelecehan seksual atau ketimpangan gender dalam wilayah produksi film terhadap perempuan. Selain itu, peran perempuan dalam lingkar sineas ini bisa kita bagi lewat pergerakan-pergerakan komunitas yang saling solid.

“Saat ini sudah ada komunitas yang mengampanyekan tentang kebebasan perempuan dalam wilayah produksi film. Komunitas yang solid bisa menjadi kekuatan dalam mendukung peran perempuan dalam dunia perfilman. Jadi, perempuan yang ingin berkarya tidak usah takut mengenai bahaya seperti adanya pelecehan seksual,” pungkasnya.

ULFA NURAENI

Anggota Muda LPM ‘JUMPA’ Unpas

7 thoughts on “Keterlibatan Perempuan dalam Dunia Perfilman”
  1. Begin antibiotic therapy after the patient has been rehydrated usually in 4 6 h and vomiting has stopped It takes a longer time to help with ovulation induction hence it fared worse than clomiphene citrate in the head- to- head studies, however, as a long- term treatment, metformin supplemented with lifestyle changes may prove superior

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *