Tangkapan layar Putu Rarasati, Medical Expert SocialConnect saat menyampaikan materi tentang Inner Child pada webinar bertajuk KnowingYourOwn InnerChild. Webinar yang diselenggarakan melalui aplikasi Zoom pada Minggu, 28 Februari 2021 tersebut merupakan kolaborasi antara Neo People dan Social Connect. (Isny Febriyanti Saputri/JUMPAONLINE)

Jakarta, Jumpaonline – Komunitas Neo People dan Social Connect berkolaborasi menggelar webinar bertajuk “Knowing Your Own Inner Child” pada Minggu, 28 Februari 2021. Webinar yang diselenggarakan secara virtual melalui aplikasi Zoom Meetings tersebut membahas pengetahuan umum seputar inner child. Hal itu dijelaskan oleh Putu Rarasati, pembicara dari komunitas Social Connect, inner child merupakan peristiwa masa kecil yang baik atau buruk dan membentuk kepribadian seseorang.

Rarasati memaparkan, inner child yang terluka dapat berdampak jangka panjang apabila tidak ditangani. Menurutnya, banyak orang dewasa yang mengalami trauma atau terluka dikarenakan pengalaman di masa kecilnya. Hal tersebut akan mengakibatkan perilaku negatif pada diri sendiri maupun orang lain.

Inner child itu bisa mempengaruhi perilaku seseorang dimasa dewasa, lebih jauh lagi si inner child ini dia itu akan mempengaruhi bagaimana seseorang membuat keputusan, merespons masalah, dan menjalani kehidupanya,” ujarnya.

Kata Rarasati, ketika seseorang marah pada situasi tertentu, namun tak mengetahui sebab kemarahan sekalipun lawan bicara bersikap biasa saja, hal tersebut bisa dikarenakan pengalaman masa kecil yang mana dihadapkan pada situasi demikian. Lantas, ketika dipertemukan pada situasi yang sama, hal itu memicu rasa marah.

Rarasati juga menuturkan, banyak orang yang berfokus pada masalalu yang buruk saja sehingga inner child sering diidentikan dengan masa lalu yang tidak menyenangkan dan penuh trauma. Namun sebenarnya inner child tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman yang buruk, tetapi dipengaruhi juga dengan pengalaman yang baik, dan akhirnya membentuk bagaiamana cara kita berperilaku ketika sudah dewasa.

Selain itu, Rarasati menjelaskan bagaimana upaya berdamai dengan inner child. Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan yakni menyadari emosi yang dipendam, lantas menerimanya dan menyalurkan hal tersebut dengan hal positif seperti meditasi atau menulis.

“Kemudian yang terakhir kalo kalian ngga sanggup melakukannya sendiri, yuk kita cari bantuan kalau diperlukan. Jadi jangan ragu mencari bantuan profesional karena tidak semua hal bisa kita lakukan sendiri. Ngga semua hal itu solusinya ada di kita,” pungkas Rarasati.

 

Isny Febriyanti Saputri
Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

2 thoughts on “Inner Child, Pengalaman Masa Kecil Sebagai Faktor Pembentuk Kepribadian”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *