Sabuga, Jumpaonline – “Perkembangan teknologi mengubah cara pandang mengelola bisnis, Negara, dan pendidikan. Ini menjadi hal yang sangat penting yang harus kita perhatikan,” ujar Mohamad Nasir, Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi. Hal tersebut disampaikan dalam orasi ilmiahnya pada Sidang Terbuka Senat Universitas Pasundan dalam rangka Wisuda Sarjana, Magister, dan Doktor gelombang II pada Sabtu, 23 Maret 2019 di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga).
Nasir mengatakan, dengan Revolusi Industri 4.0 terjadi Cyber-Phsycal System atau seperti yang dikutip dari laman Forbil Institut menurut Refdal Solhaug, Stolen, 2015 adalah sebuah sistem yang memungkinkan adanya kontrol dan respons dari internet kepada mesin berbentuk fisik melalui Actuator, sebuah alat kendali yang dapat digunakan untuk mengontrol penggunaan sebuah alat dari jarak jauh. Hal ini memungkinkan tergesernya pekerjaan yang selama ini dilakukan. Natsir memaparkan, 1,8 juta pekerjaan diambil alih oleh teknologi.
“Kita lihat contoh jalan tol. Pintu tol dulu dijaga 15-20 orang, jika di Indonesia ada 1000 pintu tol berarti ada sekitar 20.000 tenaga kerja yang pekerjaannya diambil alih E-money,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Nasir, Perguruan Tinggi harus mengantisipasi hal ini dengan terus mengikuti arus perkembangan. Dalam Orasi Ilmiah tersebut, Natsir memaparkan kebijakan Kemenristekdikti terkait Kurikulum Era Revolusi Industri 4.0. Kurikulum tersebut mencakup Literasi Baru yakni, Literasi Data, Teknologi dan Manusia.
“Jika data dan teknologi telah kita kuasai dengan baik, maka kita kembali pada nilai kita sebagai manusia, sebagai bangsa Indonesia. Banyak orang yang lupa jati dirinya sebagai bangsa Indonesia setelah mendapatkan ilmu pengetahuan. Maka dari itu, di era Revolusi Industri 4.0 masalah fundamental kebangsaan menjadi penting,” tambahnya.
ANGGA PERMANA SAPUTRA
Anggota Muda LPM ‘jumpa’ Unpas
where to buy prednisone 20mg: https://prednisone1st.store/# prednisone 200 mg tablets