Ilustrator: Regia Ramadhina Revalgian

Kampusiana, Jumpaonline – Universitas Pasundan (Unpas) melalui laman Instagramnya pada hari Jumat, 18 Oktober 2024 lalu memuat informasi terkait pembagian sesi wisuda gelombang 1. Dalam postingannya tersebut, mahasiswa melontarkan berbagai keluhan lewat kolom komentarnya sebab merasa terdampak akibat informasi yang muncul secara tiba-tiba. Terhitung pada tanggal 22 Oktober 2024 pukul 18.32 WIB, sejumlah 358 komentar menghiasi postingan Pembagian Sesi Wisuda Gelombang I TA 2024/2025.

Cindy, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus calon wisudawan mengemukakan kekecewaannya terhadap informasi penambahan sesi yang datang secara mendadak. Ia sebetulnya tidak masalah jika dilaksanakan selama dua hari, yakni tanggal 9 dan 10 November, namun seharusnya pihak universitas melakukan antisipasi dengan mengumumkan kedua tanggal tersebut sedari awal.

“Kenapa gak mikirin hal yang berkepanjangan? Pertama, harus belajar dari tahun kemarin, kalau diubah mendadak ya kan banyak hal terkait bukan cuma sisi mahasiswa dan panitia aja. Tapi banyak pihak luar terlibat kayak MUA (Make Up Artist-red) dan Fotografer. Harusnya hal kayak gini udah dibicarain, kan gak sekali dua kali mereun ngurus wisuda mah Unpas tuh,” ujarnya.

Cindy juga mengatakan bahwa ia pun terkena imbasnya, seperti hotel yang sudah dipesan harus dibatalkan dan reschedule tanggal. Cindy menceritakan permasalahan terkait MUA yang sudah ia pesan sebelumnya dengan perjanjian akan ditangani oleh owner MUA-nya secara langsung, tetapi harus diganti oleh tim owner MUA sebab jadwal yang berubah, dengan tetap harus mengeluarkan sejumlah uang yang sama. Fotografer yang sudah ditentukan pun harus ia reservasi kembali. 

“Terus yang paling lucu, aku tau jadwal hari berubah dari MUA-nya bukan dari pihak kampus. Fakultas aku lambat kasih informasinya sampai aku tau dari pihak luar dulu,” pungkasnya.

Selain itu, keluhan pun dirasakan oleh Alwan, mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar sekaligus calon wisudawan. Alwan berpendapat bahwa sebagai anak rantau ia sudah melakukan persiapan dari jauh-jauh hari. Ia mengira tanggal yang sudah diberikan oleh pihak universitas merupakan tanggal yang pasti.

“Ini adalah sesuatu hal yang entah sudah menjadi kebiasaan di Unpas atau bagaimana, karena informasinya selalu mendadak. Tiba-tiba muncul surat edaran baru yang beberapa hari ke belakang membagi dua sesi. Kami merasa informasi ini kenapa bisa se-mendadak dan se-telat ini dikabarkan ke mahasiswa,” keluhnya.

Ia juga menyampaikan bahwa sebagai mahasiswa ia merasa banyak dirugikan. Seharusnya pihak penyelenggara melihat bagaimana evaluasi pelaksanaan wisuda tahun lalu, sehingga informasi yang diberikan universitas tidak akan mendadak seperti sekarang ini. Namun, menurutnya pihak universitas justru malah mengatakan bahwa mahasiswa harus mengikuti regulasi yang ada.

“Harapan dari kami mahasiswa, pertama harusnya evaluasi dari tahun kemarin, kedua mungkin ada alternatif lain yang memang tidak hanya di Sabuga (Sasana Budaya Ganesha-red) saja, mungkin ada tempat lain yang bisa digunakan,” ujarnya. 

Di sisi lain, banyaknya keluhan mahasiswa yang dilontarkan pada kolom komentar membuat Instagram universitas pasundan cukup ramai. Rico, selaku bagian dari Tim Publikasi Unpas mengatakan bahwa memang dari awal mereka tidak memberikan informasi terkait sesi, namun informasi sesi tersebut baru datang setelahnya melalui surat. 

“Kami bagian publikasi saja berdasarkan surat yang kami terima. Surat edaran yang kami terima tanggal 18 Oktober yang menyatakan bahwa hal tersebut (Pembagian dua sesired) dikarenakan dari pihak pengelola Sabuganya harus dilaksanakan dua hari,” jelasnya. 

Ia pun menyampaikan bahwa dari Tim Publikasi sendiri selalu mencoba follow up informasi apapun kepada pihak atas. Tim publikasi sendiri selalu mengupayakan untuk memposting informasi yang dapat didahulukan. Hal tersebut mereka lakukan agar informasinya tersampaikan sebelum hari pelaksanaan. 

“Dari kami sudah ada antisipasi dan gambaran kalau ada ketidaksesuaian, kami sudah paham betul dengan respon yang akan muncul. Ini jadi masukan buat kita soal informasi apapun,” pungkasnya. 

Menanggapi banyaknya keluhan mahasiswa, Cartono, Wakil Rektor Bidang Belmawabud, menyampaikan bahwa memang pada awalnya terdapat kendala dari beberapa fakultas yang menyebabkan pendaftaran wisuda terhambat. Salah satunya karena lamanya Penomoran Ijazah Nasional (PIN) keluar dari pihak LLDikti. Setelah akhirnya pemerintah memproses PIN tersebut, mahasiswa serentak kembali mendaftar dan membeludak.

“Mahasiswa yang daftar hampir 2000, pihak Sabuga tidak mengizinkan. Sabuga membatasi maksimal yang di dalam itu 3000. Berarti kan wisudawan hanya 1000, dengan orang tua masing-masing dua. Membeludak akhirnya,” ucapnya.

Ia pun menjelaskan bahwa terdapat alternatif lain pada saat itu, yang pertama pihak Sabuga memberikan toleransi hingga 1500 wisudawan, sisanya di Selasar. Kedua, sisa wisudawan akan dilempar ke gelombang dua. Namun hal tersebut jelas beresiko karena mahasiswa sudah terlanjur mendaftar. Ketiga, wisudawan saja yang boleh masuk dan hanya boleh membawa satu orang tua. Hal Itupun menjadi pertimbangan sebab dirasa kurang bijak, seharusnya orang tua dua-duanya boleh ikut. Akhirnya berdasarkan hasil komunikasi dengan rektor, wisuda akan dibagi menjadi dua hari yakni tanggal 9 dan 10 November walaupun hal tersebut beresiko pada finansial. 

“Itu opsi yang tidak mudah karena biaya harus nombok. Tapi, karena itu dianggap dari berbagai sisi paling memungkinkan walau ada pihak yang dirugikan juga, yang dirugikan juga tidak hanya mahasiswa. Unpas juga harus mengeluarkan biaya lebih. Sejak surat edaran dikeluarkan, masih ada waktu sekitar 3 minggu. Masa iya sih sudah booking? Apa iya udah booking pesawat?”

Ia mengatakan sudah berusaha mencari alternatif lain untuk tempat penyelenggaraan wisuda yakni di Gedung PT. Dirgantara Indonesia ataupun Hotel Horizon. Tempat yang menjadi pertimbangan tersebut pun dirasa kurang tepat karena gedung yang kurang tinggi ataupun parkiran yang kurang luas. Pihak universitas merasa harus tetap melaksanakannya di sekitaran lingkungan yang mempunyai esensi sama dengan kampus. Alasannya untuk tetap menjaga marwah kampus, sehingga Gedung Sabuga tetap menjadi pilihan untuk tempat penyelenggaraan wisuda Unpas tahun ini.

“Sekarang pun dua sesi dua hari, karena kalau satu hari tuh crowded. Itu juga bagian dari evaluasi, ya jadi tidak dipaksakan, makanya dibuat dua hari. Fakultas-fakultas yang bermasalah mahasiswanya yaitu FKIP dan FISS. Lembaganya, dua-duanya sudah saya terima audiensi di sini dan alhamdulillah mengerti. Saya juga sudah undang dekan untuk mensosialisasikan kebijakan ini dan melayani mereka yang tidak mengerti dengan kebijakan ini. Mereka sudah direspon (Perwakilan lembaga dan dekan-red),” jelasnya.

 

ALYA NATASYA

Editor: NIPA RIANTI NUR RIZKI DEWI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *