Sumber: Lini Kampus

Kampusiana, Jumpaonline – Pada tanggal 10 Maret 2023 silam, Universitas Pasundan (Unpas) tengah menginisiasikan sebuah sosialisasi kepada civitas kampus yakni dalam rangka mengumumkan bahwa Unpas kini memiliki Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penangan Kekerasan Seksual (PPKS).  Pengusungan Satgas PPKS ini ialah turunan aturan dari Permendikbud Ristek nomor 30 tahun 2021. Aturan tersebut menjadi landasan hukum bagi petinggi perguruan tinggi dalam melakukan pencegahan dan menangani kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus.

Pasca sosialisasi rampung, tim reporter LPM ‘Jumpa’ Unpas saat itu bergegas melakukan reportase dan mewawancarai salah satu pembicara sosialisasi tersebut yakni Mulyaningrum, Ketua Pusat Studi Wanita yang kini menjabat sebagai Ketua dari Satgas PPKS di Unpas. Beberapa pertanyaan kami ajukan; apa tujuan mendirikannya dan bagaimana alur pembentukan dari panitia Satgas. Pertanyaan demi pertanyaan mulai ditanggapi olehnya, namun ada suatu penjelasan yang sepertinya terasa ‘mengganjal’. Disebutkan bahwasanya pembentukan panitia Satgas PPKS Unpas ini tidak melalui prosedur seleksi secara khusus sebagaimana mestinya. Mereka yang terpilih dan kini menjadi panitia Satgas PPKS Unpas ialah orang yang dipilih oleh pimpinan petinggi kampus (Rektor) secara sepihak. 

Tidak berhenti di situ, LPM ‘Jumpa’ Unpas pun melakukan riset dan investigasi lanjutan, nyatanya keputusan pembentukan panitia Satgas PPKS Unpas ini bertentangan dengan Buku Panduan Satgas pada Bab IV pasal 23 ayat 2 yang menjelaskan bahwa pembentukan satgas justru seharusnya diawali dengan seleksi yang dilakukan oleh tim panitia dan sudah terseleksi secara khusus untuk mencapai kualifikasi di beberapa aspek. Jadi, bukan sekedar menerima sesuai arah putusan rektor belaka saja. Oleh karena itu, dengan tidak melalui alur prosedur panitia seleksi, Satgas PPKS Unpas sudah melakukan maladministratif (berkaitan dengan administrasi yang salah). 

Satgas PPKS Unpas Meraih Penghargaan, Memang Apa Saja Pencapaiannya? 

19 Maret 2023, Redaksi LPM ‘Jumpa’ Unpas kembali melayangkan sebuah tulisan editorial berupa saran dan masukan yang ditujukan kepada pihak yang bersangkutan. Kami menyatakan ketidaksetujuan atas sikap dan keputusan yang pihak kampus lakukan, dan itu sangat disayangkan. 

Hari kian berlalu dan tulisan keredaksian kami tak kunjung mendapatkan tanggapan dari pihak kampus – Satgas PPKS. Tibalah suatu hari, tepatnya 17 November 2023 Instagram official Unpas mengunggah postingan dengan pernyataan Universitas Pasundan Terima Penghargaan Pembentukan Satgas PPKS, penghargaan tersebut diberikan oleh LLDIKTI Wilayah IV sebab Unpas ‘berhasil’ sebagai perguruan tinggi yang telah membentuk Satgas PPKS. Mendengar informasi tersebut, sontak membuat tim Redaksi LPM ‘Jumpa Unpas semakin terheran-heran. 

Cartono, Wakil Rektor Bidang Belmawabud Unpas, seseorang yang bertanggungjawab mengenai Satgas PPKS, turut menanggapi seputar penghargaan tersebut. Menurutnya, penghargaan itu didapatkan karena kesigapan Unpas disaat kampus lain belum memiliki Satgas PPKS. LLDIKTI juga mengharapkan bahwa nantinya Unpas bisa menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi lain untuk mengikuti jejak Unpas. Sembari mengusapkan telapak tangan ke pahanya, ia juga menceritakan bahwa setelah meraih penghargaan tersebut, Satgas PPKS langsung menangani suatu kasus kekerasan seksual yang menimpa salah satu mahasiswi Unpas.

“Ada kasus terkait program pertukaran mahasiswi Unpas yang sedang melakukan PMM Merdeka ke Bali. Waktu itu langsung ditangani oleh Satgas PPKS yang dikomunikasikan dengan kemendikbudristek dan alhamdulillah ada solusinya,” pungkasnya.

Ia juga menanggapi, bahwasannya Satgas itu bersifat preventif dan antisipatif, sehingga harapnya tidak ada kasus-kasus bersifat kontroversial yang harus ditangani oleh pihak Satgas PPKS. Cartono menginginkan bahwa pada akhirnya program Satgas PPKS akan lebih condong pada penyuluhan, sosialisasi dan pencegahan terhadap kasus kekerasan seksual, khususnya di lingkungan kampus.

Kemudian, tim reporter LPM ‘Jumpa’ Unpas menanyakan bagaimana sebetulnya investigasi Satgas apabila menerima aduan mengenai kasus kekerasan seksual yang terjadi pada mahasiswa. Cartono saat itu kurang menanggapi perihal bagaimana alur/teknis Satgas bekerja, menurutnya Satgas juga memiliki beberapa hal yang tidak bisa ditangani oleh pihak Satgas itu tersendiri.

“Secara teknis saya tidak paham betul, yang jelas Satgas tidak bertugas untuk mencari kesalahan orang, tapi lebih banyak menerima aduan dan laporan sehingga memerlukan keterbukaan setiap pihak. Kalau masalah yang ditanganinya masalah kekerasan, kalau suka sama suka ya beda lagi, mungkin masuk ke ranah yang tidak bisa ditangani oleh Satgas,” ujar Cartono.

Menurut pandangan Cartono, Satgas PPKS memiliki komitmen untuk menjaga integritas di lingkungan pendidikan (Unpas). Sebab, menurutnya, walaupun Unpas bukan lahir dari organisasi keagamaan, tapi menjunjung tinggi nilai keagamaan dan mempunyai gagasan; pengkuh agamana, luhung elmuna, jembar budayana, nyantri, nyunda, nyakola sudah menjadi suatu keharusan untuk terus dikembangkan. Kemudian ia juga berpendapat secara tidak langsung bahwa pelaku kekerasan seksual itu ‘bertindak’ dikarenakan ilmu agama yang tidak dipegang teguh.

“Ya biasanya terjadinya pelanggaran itu akibat dari rendahnya pemahaman dalam melaksanakan nilai keislaman. Kalau orang berpegang teguh pada nilai itu, kayanya nggak lah,” ucap Cartono sambil tersenyum.

Dalam hal ini, Cartono mengharapkan agar Satgas PPKS Unpas tetap memiliki komitmen yang tinggi terhadap kasus kekerasan seksual, setidaknya dalam lingkungan Unpas sehingga tidak hanya berdasarkan pelaporan saja. Satgas juga harus memiliki tim investigator yang bagus sehingga dalam rangka untuk pencegahan, kasus yang mungkin muncul bisa diatasi sejak dini (preventif).

“Kemudian yang berikutnya karena ini sifatnya edukasi dan juga preventif, kehadiran Satgas PPKS itu juga harus diketahui publik. Sehingga kalau ada hal-hal lain tentang keberadaan itu, kita sudah punya lembaga ahlinya sehingga kita tidak perlu mencari lagi ke perlindungan anak atau ke saksi dan korban, tapi kita selesaikan melalui satgas PPKS,” pungkasnya.

Lantas apakah publik dalam jangkauan internal; mahasiswa Unpas sudah mengetahui keberadaan dan fungsi Satgas PPKS sebenarnya? Sebetulnya pada bulan Desember 2023 lalu, kami dari tim LPM ‘Jumpa’ Unpas melakukan riset berbentuk Suara Mahasiswa Unpas (SMU) dan secara gamblang, mahasiswa menyatakan belum mengetahui keberadaan Satgas PPKS di Unpas.  

Memangnya sosialisasi yang dilakukan sudah sejauh mana? Apakah sudah menyeluruh? 

Tanggapan dan Komitmen Azhar Affandi Terhadap Isu Kekerasan Seksual 

Sebetulnya LPM ‘Jumpa’ Unpas berkeinginan membuat agenda pertemuan dengan rektor yang menandatangani Surat Keputusan penugasan Satgas PPKS saat itu yakni, Eddy Jusuf. Namun, penjadwalan untuk melakukan wawancara tersebut tidak berjalan dengan lancar dikarenakan Rektor Eddy Jusuf baru saja pensiun (masa jabatannya usai). Sejak itu, tim reporter LPM ‘Jumpa’ Unpas cukup kesulitan untuk mengakses pergerakan Eddy Jusuf yang mana sudah tidak lagi menjabat sebagai rektor aktif yang berada di lingkungan kampus Unpas.  Namun, reportase tersebut tetap berjalan, tepatnya kepada Rektor baru Unpas yang saat ini sedang menjabat, Azhar Affandi.

Jumat, 3 Mei 2024, pada sebuah gedung di lantai tujuh, tempat di mana staf dan para petinggi kampus bekerja, kami mulai masuk ke salah satu ruangan dan di depan pintunya terukir dengan jelas Ruang Rektor. Ruangan itu berukuran luas dan tiap sudut ruangnya terkesan sangat elegan tentunya. Tegur sapa pada perjumpaan pertama kali kami kepada rektor baru, sepertinya memang ada kesan tersendiri bagi kami. Selepas tegur sapa, perbincangan seputar Satgas PPKS pun dimulai, tanpa basa-basi, kami secara eksplisit meminta tanggapan rektor menyoal bagaimana alur pembentukan Satgas PPKS Unpas. Dengan cara penjelasannya yang begitu mendayu, ia menjelaskan bahwa ia tidak begitu mengevaluasi sejauh mana perjalanan Satgas karena posisinya yang masih 4 bulan menjabat sebagai rektor baru. Azhar Affandi percaya bahwa langkah Rektor sebelumnya, Eddy Jusuf sudah tepat; adanya unit penanggulangan isu kekerasan seksual-Satgas PPKS di Unpas. 

“Adanya Satgas sangat penting menurut saya, ya. Tapi memang sebaiknya Satgas ini pembentuknya harus ada pihak eksternal untuk pihak kontrol, kan kampus ini lembaga pendidikan harus netral dari praktis kekerasan seksual. Namun jikalau kita (Unpas) sumber dayanya sudah ada dan mempunyai komitmen saya rasa gak masalah,” pungkasnya.

Tentu, tanggapan tersebut cukup membuat tim liputan LPM ‘Jumpa’  Unpas  dibuat bingung olehnya. 

Selanjutnya, ketika kami melanjutkan jawaban akan pernyataan Azhar Affandi bahwasannya lingkungan civitas kampus terkhususnya mahasiswa saat terjadi atau mengalami hal mengenai KS atau sebagainya perlu posko aduan tempat untuk mengadu. Salah satunya keberadaan Satgas PPKS, namun berdasarkan data hasil riset SMU kami saat bulan Desember 2023 lalu, justru mahasiswa Unpas tidak mengetahuinya. Azhar justru menyampaikan pendapatnya bahwa sosialisasi Satgas terbilang belum efektif.

“Unit-unit kita sudah mensosialisasikan, namun saya katakan belum efektif dan perlu diefektifkan kembali. Apalagi setiap generasi mahasiswa itu ada yang baru ada yang keluar, nah itu perlu kontinu. Kontinu sosialisasinya, bukan (cuma-red) sekali,” ujar Azhar.

Azhar Affandi juga menyampaikan bahwa ia tidak mendapatkan transparansi program Satgas PPKS oleh rektor sebelumnya. Tetapi ia melihat sejak menjabat menjadi rektor di Unpas, terdapat kegiatan yang sudah dilakukan yakni sosialisasi terhadap kasus kekerasan seksual dan sebagainya, salah satunya kegiatan seminar yang terbatas pesertanya. Namun Azhar akan menginstruksikan kepada para Wakil Rektor lainnya untuk lebih mengintensifkan sosialisasi tersebut sebagai komitmen Unpas terhadap perwujudan rasa aman kampus dari kasus-kasus kekerasan seksual.

“Kalo soal Satgas itu kita nggak sih. Jadi hal-hal yang sifatnya strategis karena itu pasti beliau sudah menurunkan ke Warek. Warek Bidang Belmawabud yang lebih tahu tentang komposisionalnya,” pungkasnya.

Proses reportase kami nyatanya sudah memakan waktu yang terbilang cukup lama. Ada hal unik yang terjadi saat itu, nyatanya kami sudah diawasi dan diperingatkan untuk segera menyelesaikan wawancara. Seseorang itu berdiri tepat di pojok ruangan dekat pintu di dalam ruang Rektor, tangannya melambai menunjukan jam tangannya kepada saya. Pertanda bahwa kami harus segera menyelesaikannya. Mungkin seseorang itu sudah mengetahui bahwa reportase kami berada di luar pertanyaan apa yang disepakati sebelumnya. Iya, saat itu kami dimintai untuk mengirimkan list pertanyaan untuk wawancara sebelum pelaksanaan reportase. Tetapi bermodal nekat, kami terus melanjutkannya.

Optimalisasi bentuk sosialisasi Satgas PPKS Unpas pada media sosial pun nyatanya belum efektif. Bahkan salah satunya melalui media Instagram Satgas Unpas, tidak ada postingan aktif dalam rangka wadah sosialisasi. Dalam hal ini, rektor menanggapi hal serupa, bahwa sosialisasi Satgas belum efektif. 

“Ini tentu saya juga turut mengevaluasi, bahwa kurang efektifnya penyampaian informasi. Bagus untuk menjadi masukan kami,” ujar Azhar.

Dari sekian perbincangan rektor mengenai progres Satgas PPKS, saat itu kami menyimpulkan dan menyebutkan bahwasannya Satgas Unpas kurang efektif melakukan sosialisasi. Nyatanya, Azhar berpendapat hal yang serupa lagi dengan kami. 

“Iya, saya pandang begitu lah, karena kegiatan-kegiatan sudah, komitmen untuk melakukan itu sudah, komitmennya sudah terlihat ya kita lembaga. Cuma sosialisasi itu lah yang belum optimal saya kira, dan perlu dioptimalkan,” pungkasnya.

Tim LPM ‘Jumpa’ Unpas juga kembali membahas mengenai tulisan editorial yang sempat diunggah sebagai saran dan masukan Satgas PPKS yang maladministratif. Dalam hal ini, Azhar Affandi menanggapi bahwa ia akan melakukan pengkajian ulang perihal Satgas PPKS di Unpas. Ia juga menjelaskan bahwa Unpas akan terbuka dalam artian menerima masukan dan turut berdiskusi dari elemen unit mahasiswa khususnya perihal Satgas PPKS.

“Pastinya akan ada pengkajian ulang untuk Satgas. Kemudian bagi saya sih terbuka untuk berdiskusi bersama, sepanjang lembaga-lembaga ini bersinergi untuk sama-sama membangun nama Unpas yang lebih baik kedepan,” ujar Rektor Azhar. 

 

Penulis: PRITA STANIA AGUSTINA

Reporter data: PRITA STANIA AGUSTINA, MUTIARA AULIA NADHIRAH PRAWIRA, DINA LUSIANA

Editor: DONI SETIAWAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *