Sumber: dream.co.id

Sebuah kota besar menjadi saksi perjuangan seorang mahasiswa bernama Aisha dalam menyelesaikan pendidikannya. Ia dikenal sebagai sosok yang penuh semangat, solihah, dan selalu menjalani hidupnya sesuai dengan ajaran Islam, walaupun ditengah-tengah zaman modern seperti saat ini.

Sejak awal, Aisha memang terlihat berbeda dan menarik. Dia selalu mengenakan kerudung mengulur panjang menutup dada yang ia kenakan, dan ia selalu membawa senyum kebaikan yang melekat pada wajahnya. Di balik kecerdasannya, Aisha tetap rendah hati dan selalu mencari ilmu untuk menjadi lebih baik. Mimpi besar tentang menjadi dokter dan memberikan pelayanan medis kepada yang membutuhkan menjadi pendorongnya untuk mengejar studi kedokteran.

“Kenapa kamu begitu tekun belajar, Aisha?” tanya sahabatnya, Rani.

“Aku ingin menjadi dokter dan membantu orang-orang,”  jawab Aisha sambil tersenyum dengan tatapan penuh keyakinan menjawab pertanyaan sahabatnya. “Itu adalah tujuanku.” 

Namun, suatu hari, Aisha mendapatkan berita yang mengguncang dunianya. Ia didiagnosis menderita penyakit kronis yang memerlukan perawatan intensif dan pemulihan yang lama. Kesehatan yang sebelumnya prima, kini menjadi taruhan besar di antara perjuangan hidup dan mati.

“Dokter, apa yang sebenarnya terjadi padaku?” tanya Aisha, mencoba mencerna berita yang baru saja didengarnya.

“Kamu didiagnosis menderita penyakit langka Aisha, kita harus segera memulai perawatan intensif,” jawab dokter dengan lembut.

Aisha harus menunda kuliahnya untuk fokus pada pengobatan dan pemulihannya. Keluarganya yang selalu mendukung impian Aisha kini menjadi sumber kekuatan baginya. Mereka bersama-sama mengarungi badai penyakit yang menerjang, berdoa dan berusaha sekuat tenaga agar Aisha bisa pulih dan melanjutkan studinya.

“Tidak apa-apa, Aisha. Kita akan melalui ini bersama-sama,” kata ibunya sambil mengusap tangan Aisha dengan penuh kasih sayang.

“Terimakasih ibu atas segala pengorbananmu,” jawab Aisha dengan bola mata yang tampak menahan air mata yang akan keluar tajuh ke pipi.

Tiga tahun berlalu dengan berbagai rintangan dan cobaan yang sulit. Aisha menjalani berbagai perawatan, menjalani operasi, dan sering kali merasakan sakit yang luar biasa. Namun, kekuatannya tidak pernah surut. Ia memandang penyakitnya sebagai ujian yang harus dijalani dengan sabar dan keikhlasan. Semua itu dijalani Aisha dengan tekad untuk sembuh dan mewujudkan mimpi-mimpinya.

“Kamu begitu kuat Aisha, aku bangga bisa memiliki teman seperti kamu,” ucap teman seperjuangannya, Ali.

Pada suatu pagi yang cerah, dokter memberikan kabar yang penuh harapan. Meski belum sepenuhnya sembuh, kondisi Aisha sudah cukup stabil untuk kembali menjalani aktivitas sehari-hari. Kabar ini menjadi berita gembira bagi Aisha dan keluarganya. Meskipun harus tetap menjalani pengobatan rutin, Aisha diberikan kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya di bangku kuliah.

“Aisha, kamu akan kembali ke kampus?” tanya adiknya, Faisal tak percaya.

“Iya Faisal. Aku akan kembali mengejar mimpiku,” jawab Aisha sambil tersenyum.

Dengan semangat yang membara, Aisha kembali ke kampus tercinta. Namun, perjuangannya belum berakhir. Ia harus mengejar ketertinggalan materi selama tiga tahun dan menghadapi tugas-tugas yang harus diselesaikan. Meskipun fisiknya belum sepenuhnya pulih, semangat belajarnya tidak bisa dipadamkan.

“Aisha, kami sangat kagum dengan semangatmu,” kata wali dosennya, Prof. Rina.

“Terima kasih, Bu. Saya akan terus berjuang untuk meraih impian saya,” jawab Aisha dengan penuh keyakinan.

Aisha mendekati setiap mata pelajaran dengan penuh dedikasi. Ia menjadi mahasiswa yang rajin, selalu datang lebih awal dengan penuh semangat, mengejar setiap pengetahuan yang pernah terlewatkan. Ia mengajak teman-temannya untuk membentuk kelompok belajar, membagi pengetahuan, dan saling mendukung satu sama lain.

“Kamu adalah inspirasi bagi kami, Aisha,” ucap salah seorang temannya Dita, dengan bangga.

“Terima kasih, Dita. Mari kita terus belajar bersama,” jawab Aisha sambil tersenyum.

Di tengah perjalanannya, Aisha tidak hanya berfokus pada akademis, tetapi ia juga aktif dalam kegiatan non-akademik, mengikuti berbagai ajang kompetisi sehingga ia juga berhasil menjadi mahasiswa berprestasi. Walaupun sebelumnya ia merasa sangat tertinggal dikarenakan teman-temannya yang bersama seangkatannya telah selesai dan mendapatkan gelar sarjana kedokteran. Meskipun begitu, Aisha membangun hubungan baik dengan teman-temannya yang jauh berada dibawah umurnya dikarenakan ia yang baru memulai kuliahnya kembali.  Hal ini menjadikan ia sebagai panutan dan teladan dalam kehidupan perkuliahannya, yang selalu membimbing teman-temannya menuju kebaikan. Aisha juga menjadi pusat kekuatan dan inspirasi di antara mahasiswa di kampusnya.

“Kalian semua adalah motivasiku untuk terus maju,” ucap Aisha dalam sebuah acara penghargaan prestasi.

Meskipun Aisha masih harus menjalani pengobatan dan pemulihan, ia tidak pernah menyerah. Ia belajar menjadikan setiap tantangan sebagai batu loncatan untuk tumbuh dan berkembang. Semangat dan kegigihannya pun merambat pada teman-teman kuliahnya.

 

GITA AULIYA

Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Editor: HAIDAR ALI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *