Cakap para manusia sudah selagak sempurna segalanya.
Padahal compang camping moral dan akal logikanya.
Tuan tua baik hati hanya sungging senyum walau tak sampai mata.
Ia tak menyanggah apa-apa, biar waktu yang beri bukti katanya.
Sang puan kehilangan separuh nyawa, babak belur dihajar dunia,
hanya tertolong oleh uluran tangan sisa kasihan semesta.
Ia puji puja sang Tuan tua penuh nestapa, hampa nan lara.
“Hiduplah,” terlontar pinta dari bibirnya, “hidup kemudian berbahagialah.”
Nocturne