Ilustrator: Ferly Arliansyah

Mungkin kita sebagai mahasiswa sudah tidak asing lagi dengan yang namanya beasiswa. Program pemerintah Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan beragam instansi turut membuka beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa seperti BPJS, Bank BCA, hingga perusahaan rokok Djarum dan Sampoerna yang menjadi pelopor sokongan dana beasiswa. Namun, ketika melihat salah satu postingan di TikTok dari akun @mestsyz yang menjelaskan tentang polemik gaya hidup mahasiswa penerima beasiswa KIP, ketertarikan saya mulai terpantik ketika melihat komentar postingannya. Salah satunya adalah komentar dari akun @theezeus_ yang menyampaikan, “Rill, temen satu rumahku punya rumah 2, hape iphone tapi daftar KIPK, aku yang numpang di rumah nenek, ayah sakit-sakitan, keluarga gak ada.”

Dari komentar di atas dan beberapa komentar dipostingan tersebut, memang tak sedikit yang membenarkannya. Banyak dari teman mereka yang merupakan penerima beasiswa itu gaya hidupnya justru melebihi mahasiswa reguler pada umumnya. Sedangkan, bagi beberapa mahasiswa reguler kebingungan untuk mencari penghasilan tambahan demi meringankan tuntutan biaya kuliah yang diberi orang tuanya.

Seketika muncul beberapa pertanyaan di benak saya, karena melihat bahwa hal-hal tersebut memang dekat dengan lingkungan saya. Ada mahasiswa penerima beasiswa KIP ini yang sering memposting kemewahannya di media sosial seperti jalan-jalan, memiliki mobil, ponsel mahal, memakai pakaian branded, bahkan hingga pergi ke klub malam. Mengingat bahwa pergaulan di Kota Bandung memang sedikit mengarah pada perilaku konsumtif yang berujung pada peningkatan eksistensi berkorelasi positif. Tak ayal jika mereka memposting apa pun di media sosialnya. 

Bantuan beasiswa yang diberikan pemerintah pun tergolong besar, yakni 7,5 juta per semester. Di balik itu semua, dengan bantuan yang diberikan pemerintah sebesar itu, terkadang membuat geram mahasiswa reguler. Alasannya karena rata-rata dari penerima beasiswa ini memiliki hidup yang mewah di media sosial, seperti ingin memperlihatkan jika mereka sebenarnya dari keluarga yang berada. Sontak pikiran saya teralihkan, ketika yang awalnya berpikir jika mungkin saja mereka mendapatkan gaya hidup tersebut dengan cara menabung ataupun bekerja paruh waktu, kemudian beralih menjadi apakah pemerintah ini tidak melakukan verifikasi kelayakan penerima program secara benar dan merata?

Beasiswa KIP Hasil dari Manipulasi Data

Beasiswa KIP ini memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah data kemiskinan. Data kemiskinan di sini dipertimbangkan dengan 4 cara yaitu lewat Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementrian Sosial, data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskian Ekstrem (P3KE), Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), dan syarat yang paling krusial yaitu Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). 

NJOP bisa dikatakan krusial karena inilah cara yang paling mudah untuk dimanipulasi. NJOP adalah taksiran harga rumah dan bangunan per meter, perhitungannya pun berdasarkan luas dan di mana bangunan tersebut berada. NJOP juga biasanya digunakan untuk perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang biasanya disetorkan setahun sekali oleh pemilik rumah atau bangunan.

Kembali kepada postingan di TikTok dari akun @mestsyz, postingan tersebut menyinggung tentang manipulasi yang digunakan oleh pendaftar dengan menyertakan data dan foto dari rumah kakek dan neneknya yang layak dipertimbangkan oleh tim verifikasi kelayakan penerima beasiswa. Bahkan mungkin tidak akan ada pihak universitas yang datang langsung untuk survei agar lebih meyakinkan verifikasinya. 

Lalu ada syarat kedua yang mudah dimanipulasi, yaitu SKTM. Dalam SKTM ini tertera juga bukti pendapatan orang tua dan data aset keluarga. Dalam realitasnya, data yang diberikan kepada kelurahan atau desa ini bisa dimanipulasi lewat jalur nepotisme oknum perangkat kelurahan atau desa tersebut.

Tak Mau Bayar Kuliah dan Gaya Hidup Mewah, Apakah Serakah?

Seperti yang disinggung tadi, tak sedikit mahasiswa yang menunjukkan gaya hidupnya seolah mereka orang berada. Dengan gaya hidup mewah yang ditampilkan di media sosial pun pasti tak akan lepas tujuannya kepada peningkatan eksistensi dirinya.

“Itukan uang udah milik aku, ya terserah dong mau digunain untuk apa uang aku, toh juga enggak ngerugiin kamu,” ujar salah satu mahasiswa penerima beasiswa.

Justru yang menjadi masalah di sini bukan perkara tentang merugikan diri sendiri, tetapi dengan memanipulasi data yang sebenarnya itu mampu untuk membayar pendidikan, sama saja dengan merenggut hak seseorang yang mungkin di luar sana banyak yang lebih membutuhkan. Apakah tidak malu melihat teman-teman yang mungkin dalam kehidupan sebenarnya kurang berkecukupan, tetapi keluarganya yakin bahwa mampu untuk membiayai kuliahnya.

Penerima Beasiswa Ternyata Salah Sasaran, Lalu Harus Berbuat Apa?

Dengan banyaknya kejadian yang cukup merugikan banyak orang yang membutuhkan, pemerintah tidak tinggal diam untuk mengatasi hal-hal mengenai penerima program beasiswa ini. Adapun upaya yang diberikan pemerintah kepada masyarakat agar tetap mengawal jalannya program secara benar dan tepat sasaran. Salah satu program layanan pengaduan yang disediakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI dapat dilakukan melalui laman kemdikbud.lapor.go.id atau ult.kemdikbud.go.id untuk melaporkan jika ada penerima beasiswa yang tidak tepat sasaran.

Di samping itu, dengan diadakannya program beasiswa KIP Kuliah ini dapat meningkatkan akses dan layanan pendidikan yang merata, siapa pun pada akhirnya bisa mendapatkan pendidikan yang layak sehingga mengurangi angka mahasiswa yang putus kuliah. Namun, sangat disayangkan jika pemerintah tidak melakukan perbaikan pola penyaluran dan verifikasi dengan baik dan benar sebagaimana semestinya. Keberhasilan program KIP Kuliah juga tidak terlepas dari peran perguruan tinggi setempat untuk mengimplementasikan program ini agar tepat sasaran.

 

FERLY ARLIANSYAH

Editor: DONI SETIAWAN

 

Referensi:

Beasiswa Dan Bantuan Biaya Pendidikan Bagi Mahasiswa (2021). Diakses pada 28 Januari 2024, dari https://lldikti6.kemdikbud.go.id/beasiswa-dan-bantuan-biaya-bendidikan-bagi-mahasiswa/

Seberapa Penting Eksistensi Bagi Seseorang? (13 Januari 2015). Diakses pada 28 Januari 2024, dari https://nova.grid.id/read/05449829/seberapa-penting-eksistensi-bagi-seseorang

Pelaksanaan PIP dan KIP Kuliah Perlu Dikawal Semua Pihak Agar Tepat Sasaran (28 Juli 2022). Diakses pada 28 Januari 2024, dari https://puslapdik.kemdikbud.go.id/pelaksanaan-pip-dan-kip-kuliah-perlu-dikawal-semua-pihak-agar-tepat-sasaran/

Mengapa Kebanyakan Penerima Beasiswa Kurang Mampu Bergaya Hidup Hedonis (1 Februari 2020). Diakses pada 28 Januari 2024, dari https://mojok.co/terminal/mengapa-kebanyakan-penerima-beasiswa-kurang-mampu-bergaya-hidup-hedonis/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *