Potret moderator Emi La Palau (paling kiri), Indra Prayana, Rana Akbari dan Tri Joko Her Riadi dalam diskusi Ngadu Buku Bandung #3 “Pers, Bandung dan Nasib Kuli Tinta” di Kedai Janten, Bandung. (Aura Putri Syahrani/JUMPAONLINE)
Bandung, Jumpaonline – Bandung Bergerak dan Toko Buku Bandung menyelenggarakan diskusi Ngadu Buku Bandung #3 dengan tema “Pers, Bandung dan Nasib Kuli Tinta” pada Jumat, 20 Oktober 2023 di Kedai Jante, Bandung. Diskusi kali ini mengangkat isu mengenai tantangan dan kekhawatiran yang dihadapi Pers dan Jurnalis di tengah pesatnya perkembangan internet dan teknologi saat ini. Hal ini sesuai dengan dua buku dengan tema yang mirip, yaitu “Jejak Pers di Bandung” dan “Di Sini Cerita Kami Titipkan” yang juga ikut ditampilkan saat diskusi berlangsung.
Rana Akbari, Akademisi Ilmu Komunikasi, menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi pers dan jurnalis saat ini adalah ketidaksiapan media terhadap perkembangan teknologi dan internet yang pesat.
“Media menganggap perkembangan internet adalah perubahan yang biasa. Namun, ternyata internet ini berubah dengan cepat dan sebagian dari media tidak siap akan perubahan ini. Mau tidak mau pilihannya adalah mengikuti perubahan atau siap tergerus perubahan dan ketidaksiapan ini berimbas kepada pemecatan ratusan Jurnalis,” Jelas Rana.
Ia juga menambahkan, bahwa saat ini sulit sekali untuk membedakan karya content writer dengan karya jurnalistik. Konten-konten ini memaksa kita untuk tunduk terhadap keinginan algoritma tanpa mementingkan nilai beritanya.
“Memang saat ini sulit sekali membedakan karya content writer dengan jurnalistik. Bahkan Jurnalisnya sendiri juga bingung apakah karyanya itu masuk ke content writer atau karya jurnalistik. Apalagi saat ini konten-konten banyak sekali yang berkiblat pada keinginan logaritma. Ya, ini jadi kekhawatiran kita semua, jangan sampai nilai jurnalistik hilang, baik di media cetak ataupun media online,” Lanjut Rana.
Tofan Aditya, penyelenggara diskusi ini mengatakan bahwa, alasannya mengambil tema tersebut dikarenakan prinsip jurnalisme seperti verifikasi data saat ini mulai ditinggalkan dan keberpihakan media kini yang mulai bias.
“Isu ini memang sudah lama dibahas tapi belum ketemu titik temunya. Pers sendiri kan memang sangat luas, mulai dari media dan Jurnalisnya, karena dua hal ini memang masih banyak masalahnya. Salah satunya keberpihakan media yang kian bias dan verifikasi data juga mulai ditinggalkan,” Ujar Tofan.
Tofan menambahkan bahwa, perlindungan terhadap Jurnalis tidak memberikan proteksi seperti yang dijanjikan. Ketika media mulai menyempitkan ruang redaksi, tentunya peran Jurnalis ini menjadi rentan sekali. Ditambah dengan kejadian-kejadian yang tak terduga juga terjadi pada Jurnalis di lapangan.
AURA PUTRI SYAHRANI
Pengurus LPM ‘Jumpa’ Unpas
Editor: DONI SETIAWAN