Mengulik Tabu Perempuan dalam Dunia Pornografi

Pornografi, sebuah hal yang tidak asing lagi di kalangan remaja dewasa bahkan yang tua sekalipun. Pembicaraan tentang pornografi terkadang dapat ditemui di lingkungan keseharian. Namun, hal tersebut tidak membuat hal-hal yang berhubungan dengan pornografi dan konsumennya lepas dari cap-cap negatif masyarakat, terutama bagi perempuan.

Berdasarkan data yang dikutip langsung dari laman Pornhub yang berjudul 2016: Year in Review tentang proporsi pengunjung perempuan pada situs mereka, negara Indonesia sendiri mendapat skor 10% atau kurang. Dari fakta tersebut, kita mengetahui bahwa dunia pornografi di Indonesia masih sangat didominasi oleh laki-laki. Di masyarakat sendiri, kaitan antara laki-laki dengan pornografi lebih dapat diterima dibanding kaitan antara perempuan dengan hal tersebut.

Selain itu, belakangan ini muncul istilah sex positivity yang ramai digaungkan oleh kaum feminis yang mana menuntut adanya liberasi seksualitas bagi semua orang. Lantas, bagaimana jika hal tersebut juga diperjuangkan di Indonesia? Apakah perempuan di Indonesia dapat memperoleh liberasi tersebut atau justru memperparah cap negatif yang ada di masyarakat terkait hal ini?

Konsumen Perempuan dari Pornografi

Menurut Grid.id dalam Berdasarkan Sebuah Survei Ternyata Beginilah Respon Wanita Setelah Menonton Film Porno Ini yang Mereka Rasakan, terdapat 51% dari 24.000 konsumen perempuan di suatu situs porno yang menganggap bahwa pornografi wajar untuk ditonton oleh semua gender. Kemudian, hanya 54% dari jumlah konsumen tersebut yang merasa nyaman untuk berbicara tentang seksualitasnya secara terang-terangan.

Dilansir juga dari Pornhub dalam artikelnya yang bertajuk 2021: Year in Review, 35% dari konsumennya di seluruh dunia adalah perempuan. Biasanya, konsumen perempuan pada situs tersebut paling banyak mengonsumsi pornografi bergenre lesbian, Japanese, dan Mom I would Like to Fuck atau MILF. Pada negara Filipina, jumlah konsumen wanitanya lebih banyak daripada lawan jenisnya, yaitu sebesar 52%, hal ini berbanding terbalik dengan hasil survei yang dilakukan terhadap Indonesia pada tahun 2016, di mana konsumen perempuannya sekiranya 10% atau kurang.

Walaupun jumlah konsumen perempuan pada pornografi masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan konsumen laki-laki, jumlah tersebut dari tahun ke tahun meningkat. Seperti pada situs Pornhub sendiri, angka konsumen perempuan meningkat sebanyak 5% dari tahun sebelumnya. Selain itu, pada tahun 2018 juga terjadi peningkatan sebanyak 3% dibanding setahun sebelumnya. Dengan terjadinya peningkatan angka dari tahun ke tahun tersebut, berarti terdapat suatu rasa nyaman bagi para perempuan untuk mengeksplor seksualitasnya. Sedikit demi sedikit, kesadaran tentang dirinya sendiri dan seksualitas terbangun. Hal ini nantinya dapat berdampak pada munculnya kesadaran tentang sex positivity.

Namun, perempuan yang merasa malu untuk mengeksplor seksualitasnya ataupun menganggap tabu pornografi masihlah cukup banyak, terutama di Indonesia. Hal ini melahirkan pertanyaan lainnya, yaitu mengapa hubungan antara pornografi dan wanita dianggap sebagai hal yang sangat tabu oleh masyarakat? Namun, akan lebih dimaklumi jika ditujukan kepada laki-laki?

Perempuan, Pornografi, dan Tabu

Salah satu akar permasalahan mengapa wanita merasa ragu untuk mengeksplor seksualitasnya sendiri yaitu karena pengaruh patriarki masih sangat melekat di masyarakat. Masih ada beberapa bagian dari masyarakat yang melihat wanita sebagai sosok yang harus pasif, tunduk, dan tidak boleh melakukan hal-hal di luar apa yang perempuan-perempuan terdahulu lakukan.

Faktor kepercayaan terdahulu juga mengambil peran dalam anggapan seksualitas wanita sebagai suatu hal yang tabu. Menurut Maggie, penulis dari buku Ladies of The Night, kepercayaan zaman dahulu tentang perkataan memiliki kekuatan khusus di dalamnya, sehingga menyebabkan orang-orang merasa ragu untuk berbicara tentang aktivitas seksual dan organ intim secara frontal. Akhirnya, mereka menyamarkan hal tersebut dengan eufemisme atau pelembutan kata-kata.

Selain itu, pandangan bahwa perempuan sebagai makhluk yang harus selalu menjaga nafsunya, merupakan alasan mengapa pornografi menjadi sebuah hal yang sangat tabu. Konsep keperawanan masih sangatlah penting bagi masyarakat untuk menentukan nilai perempuan. Meskipun konsep keperjakaan bagi laki-laki juga masih dilihat sebagai sesuatu yang penting bagi masyarakat, namun ketiadaan kriteria yang mutlak tentang “nilai” menyebabkan masyarakat tidak terlalu ambil pusing.

Tidak perlu jauh-jauh membahas tentang pornografi, edukasi seks di Indonesia terkadang juga masih dianggap sebagai hal yang tabu. Beberapa orang tua merasa tidak nyaman untuk memberikan edukasi seks kepada anak-anaknya, karena dianggap sebagai sesuatu yang harus disembunyikan. Hal ini menyebabkan anak-anak terekspos pada pornografi tanpa mengetahui resiko yang menyertainya. Padahal, edukasi seks sangat dibutuhkan demi terciptanya keterbukaan tentang seksualitas (sex positivity) sehingga semua mendapat edukasi mengenai seks yang sama.

Pentingnya Sex Positivity

Menurut situs International Society for Sexual Medicine, garis besar dari sex positivity adalah cara pandang atau pengambilan sikap yang positif terhadap seks, kenyamanan identitas, dan perilaku seksual seseorang. Sex positivity menekankan pada keterbukaan untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan seks, tubuh, dan aktivitas sosial. Dengan sex positivity, kita dapat mengetahui lebih dalam tentang edukasi seks serta membangun kepercayaan diri tanpa perlu mengobjektifikasi.

Lewat sex positivity, kita juga dapat mewujudkan liberasi seksualitas. Di mana pada liberasi seksualitas, seseorang tidak perlu takut untuk membuka diri aslinya. Masyarakat diharuskan bersikap lebih terbuka dan meninggalkan nilai-nilai terdahulu yang tidak relevan lagi dengan zaman.

Perempuan tidak seharusnya takut untuk mengekspresikan seksualitasnya. Perempuan tidak perlu terjebak dalam ketidaktahuan karena takut untuk mengeksplor dirinya sendiri. Diskriminasi terhadap pilihan yang diambil terkait seksualitasnya adalah sesuatu yang tidak seharusnya didapatkan. Sudah banyak orang yang menjadi korban karena mengenal pornografi yang tidak dibarengi dengan edukasi seks mumpuni. Tabu tentang mengeksplorasi diri dan seksualitas bagi semua gender sudah saatnya harus dihentikan karena kita yang punya kendali sepenuhnya atas diri kita.

MUTIARA AULIA NADHIRAH PRAWIRA

Editor: R.SABILA FAZA RIANA

Referensi:

Pornhub’s 2016 Year in Review. (4 Januari 2017). Pornhub.com. https://www.pornhub.com/insights/2016-year-in-review

2018 Year in Review. (11 Desember 2018). Pornhub.com. https://www.pornhub.com/insights/2018-year-in-review

2021 Year in Review. (14 Desember 2021). Pornhub.com. https://www.pornhub.com/insights/yir-2021

Jenis Blue Film dan Durasi Favorit Perempuan Menurut Survei. (9 Agustus 2018). nova.id. https://nova.grid.id/read/05914438/jenis-blue-film-dan-durasi-favorit-perempuan-menurut-survei?page=all

Berdasarkan Sebuah Survei Ternyata Beginilah Respon Wanita Setelah Menonton Film Porno Ini yang Mereka Rasakan. (4 November 2017). grid.id. https://www.grid.id/read/04160793/berdasarkan-sebuah-survei-ternyata-beginilah-respon-wanita-setelah-menonton-film-porno-ini-yang-mereka-rasakan?page=all

What Are The Taboos Concerning Female Sexuality. (4 Juni 2015). feminisminindia.com. https://feminisminindia.com/2015/06/04/taboos-female-sexuality/?amp

Why is Porn a Taboo. (26 Juli 2015). respectwomen.co.in. https://respectwomen.co.in/why-is-porn-a-taboo/

Why is Female Pleasure a Taboo. (5 Oktober 2021). jfwonline.com. https://jfwonline.com/article/why-is-female-pleasure-a-taboo/amp/