Bandung, Jumpaonline – Lingkar Studi Islam dan Filsafat Bandung mengadakan webinar pada Rabu, 17 Februari 2021 yang bertajuk Sudah Ada Sains Untuk Apa Filsafat? secara daring melalui telekonferensi Zoom Meeting. Webinar ini berangkat dari latar belakang historis yang menyatakan sains dimulai oleh para filsuf, mereka melakukan pengamatan dan menyusun formula hukum-hukum alam semesta.
Arvin Gouw selaku Dosen Stanford Medicine Amerika menyatakan, sains merupakan asal-usul ilmu di otak, tetapi tidak dapat menjelaskan pertimbangan kebenaran moralitas akan ilmu tersebut, hanya etika yang dapat menjelaskannya sebagai kebenaran dan bukan sebagai kesalahan. Hubungan sains dan filsafat selalu bermusuhan, sehingga sains harus korespondensi dengan kenyataan, metode ilmiah, proses empiris, verifikasi, uji falsification dan sebagai paradigma dengan menggunakan analogi teori-teori dari ilmuan terdahulu.
“Sains lahir dari filsafat, sains bukanlah satu konsep monolitik dan sains berkembang dalam budaya. Sains membutuhkan filsafat dalam ilmu kedokteran contohnya sebagai filsafat dan stem cells, filsafat dan neurosains, serta filsafat dan onkologi,” kata Arvin.
Sementara itu, Ignatius Bambang Sugiharto selaku Guru Besar Filsafat Universitas Parahyangan Bandung mengungkapkan, filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang berasal dari filsuf dan mempunyai ranah sebagai meta-kognitif yang mempersoalkan kognitif itu sendiri dari banyaknya pengalaman empiris dan sains mempunyai nilai dengan sifatnya yang terbuka dan etos kerja yang berkaitan dengan kepentingan.
“Antara sains dan filsafat mempunyai timbal balik yang linear. Filsafat terinspirasi dari sains yang menggunakan metode eksperimen, sedangkan sains terinspirasi dari filsafat yang mempunyai kedalaman berfikir satu sama lain, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan,” tutur Ignatius.
Menyoal keterkaitan filsafat dan sains itu sendiri, Ignatius menambahkan, sains dan filsafat memiliki nilai yang penting antara keduanya untuk kemajuan pada peradaban dunia. Sains yang dapat mengubah realitas fisik dan filsafat yang berfikir lebih jauh dan mendalam.
“Sains sebuah pengetahuan bersifat rasional dan dapat mengkritik filsuf secara bagian-bagian atau keseluruhan, sedangkan filsafat sebuah data yang membentuk makna, tetapi makna lebih luas dari sekedar data,” pungkas Ignatius.
CUCU DWI NOVITASARI
Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas