Potret Bobi sebagai Sekjen Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Afdilah sebagai Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia, dan Ratna sebagai MC dari perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung dalam acara diskusi film “Before You Eat” pada Kamis, 24 November 2022 di Kafe Seinkiri, Lodaya, Bandung. (Astri Awalani Putri/JUMPAONLINE)

Potret Bobi sebagai Sekjen Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Afdilah sebagai Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia, dan Ratna sebagai MC dari perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung dalam acara diskusi film “Before You Eat” pada Kamis, 24 November 2022 di Kafe Seinkiri, Lodaya, Bandung. (Astri Awalani Putri/JUMPAONLINE)

Bandung, Jumpaonline – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung dan LBH Bandung berkolaborasi dengan Greenpeace untuk menyelenggarakan diskusi film berjudul Before You Eat yang mengisahkan praktik perbudakan modern serta pelanggaran HAM anak buah kapal (ABK) perikanan Indonesia yang diproduksi oleh Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) pada Kamis, 24 November 2022 di Kafe Seinkiri, Lodaya, Bandung.  

Afdilah, selaku Juru Kampanye laut Greenpeace Indonesia menyampaikan bahwa film ini dibuat dari tahun 2019 dan diluncurkan pada tanggal 13 Maret 2022 lalu. Pembuatan film Before You Eat berlangsung selama dua tahun. Di Bandung sendiri, film ini telah tayang tiga kali.dan kurang lebih telah diputar sebanyak 80 kali di berbagai daerah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Ambon.

Film Before You Eat menceritakan proses pengolahan makanan yang sering kita konsumsi, terutama seafood, yang ternyata berasal dari perjuangan dan keringat para ABK perikanan yang tidak mendapatkan keadilan. Penyelenggara berharap penonton dapat menangkap pesan yang disampaikan dalam film ini dan merefleksikannya dalam kehidupan. 

Nanda dan rekannya Nazwa, mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia yang ikut serta dalam diskusi film Before You Eat terlihat sangat antusias ketika film tersebut ditayangkan. Before You Eat berhasil membuat keduanya merasa sedih karena mengangkat tema yang sangat dekat dengan kehidupan, terutama saat para ABK berlayar selama enam bulan lebih, namun tak dibayar sepeserpun.

“Para ABK berlayar di atas kapal dan tidak dibayar, padahal mereka mencari uang untuk keluarga. Selain itu, banyak kekerasan terjadi. Itu yang paling menyedihkan,” ujar Nanda.  

Garisa Nur Alam, mahasiswi jurusan film dan televisi di Universitas Pendidikan Indonesia menjelaskan alasan film Before You Eat menarik untuk dibahas karena mengangkat tentang ketidakadilan yang dialami oleh para ABK perikanan Indonesia. Ia berharap dengan adanya film ini, masyarakat sadar akan perjuangan para ABK perikanan Indonesia.

“Film ini dibuat agar ada tindak lanjut mengenai permasalahan ABK yang harus dituntaskan. Karena permasalahan ini bukan hanya menyangkut kemanusiaan, tetapi memperjuangkan keadilan juga,” pungkas Garisa Nur. 

ASTRI AWALANI PUTRI

Editor : MUTIARA AULIA NADHIRAH PRAWIRA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *