Potret Andrias Arifin saat mengulas buku “Aku, Buku, dan Sepotong Sajak Cinta” dalam kegiatan Reboan ke-40. Acara ini diselenggarakan oleh Klub Buku Laswi pada Rabu, 29 November 2023 di Toko Buku Bandung, Jl. Garut No.2, Kota Bandung. (Sri Indah Khairunnisa/JUMPAONLINE)

Bandung, Jumpaonline – Klub Buku Laswi mengadakan kegiatan Reboan ke-40 dengan mengupas buku “Aku, Buku, dan Sepotong Sajak Cinta”karya Muhidin M. Dahlan di Toko Buku Bandung, Jl. Garut No. 2, Kota Bandung pada Rabu, 29 November 2023. Menurut Andrias Arifin selaku pemantik, acara ini diadakan untuk mengenalkan sosok Muhidin M. Dahlan.

Andrias menerangkan, Muhidin bersekolah di desa yang sangat minim bacaan. Akhirnya, dia memutuskan pergi dari desa tersebut ke kota, untuk mencari lebih banyak sumber bacaan.

“Jadi dari Kabupaten Donggala ke Palu, kemudian ia bersekolah di Sekolah Teknik Menengah (STM) Kota Palu. Di sanalah ia menemukan mading,” ujar Andrias.

Lebih lanjut lagi, ia menerangkan bahwa Muhidin mengumpulkan brosur dari berbagai lembaga pendidikan saat hendak lulus dari STM. Hal ini Muhidin lakukan sebab ia ingin menjadikan brosur sebagai batu loncatan supaya bisa keluar dari kehidupannya sebagai anak nelayan. Muhidin, akhirnya juga merengek kepada orangtuanya untuk kursus di luar kampungnya.

“Dengan dalih brosur tersebut, kemudian dia bisa pergi ke Yogyakarta,” sambung Andrias.

Irfan, selaku pengunjung yang pernah mewawancarai Muhidin pada 2015, mengatakan, bahwa aksi Muhidin yang aktif mengumpulkan brosur  dipengaruhi oleh tiga orang, yakni Pramoedya Ananta Toer, H. B. Jassin, dan Noto Soetardjo. Berkat pengaruh ketiga orang ini, Muhidin aktif membuat kronik dan mengarsip. Kegiatan ini pun dijadikannya sebagai penunjang kehidupannya.

“Kalau Muhidin aktif mengkronik dan mengarsip, ada jejak H.B. Jassin di sana. Kemudian, Ananta Toer bikin kliping, juga memberi macam-macam tugas ke mahasiswa di UPI atau Trisakti. Itulah yang menjadi tulang punggungnya,” ucapnya.

 Irfan turut menambahkan pula bahwa Muhidin adalah seorang anak rantau, yang notabenenya sering mengalami krisis ekonomi. Namun, ia rela untuk mengurangi jumlah makanannya sehari-hari, supaya ia tetap dapat membeli lebih banyak buku.

“Muhidin menceritakan bahwa dia anak rantau, asupan uang dari orangtua nya terbatas. Tapi ia saking gandrungnya sama buku, dia itu bela-belain makan dalam sehari itu sekali, yaitu sore hari,” pungkasnya.

SRI INDAH KHAIRUNNISA

Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas.

Editor: HAIDAR ALI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *