Tangkapan layar Tasamsyah, Penulis Buku Antalogi Puisi“Plano Miasma” (Graflit.Id, 2022) dalam webinar Klinik Bahasa dan Sastra Indonesia edisi ke-3 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia dengan tema “Sastra Cyber: Kemajuan atau Kemunduran” pada Sabtu, 29 Januari 2022.

Kampusiana, Jumpaonline – Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (HMBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unpas, menyelenggarakan webinar Klinik Bahasa dan Sastra Indonesia (KBSI) edisi ke-3 yang mengangkat tema “Sastra Cyber: Kemajuan atau Kemunduran”. Webinar ini dihadiri oleh Tasamsyah, Penulis Buku Antalogi Puisi “Plano Miasma” sebagai pemateri, dan juga dihadiri oleh puluhan peserta dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, pada Sabtu, 29 Januari 2022.

Tasamsyah, pemateri webinar KBSI mengatakan, sastra cyber adalah kegiatan sastra yang menggunakan komputer dan internet. Sastra cyber memberikan kebebasan kepada penulis untuk bebas menentukan arah ke mana tulisannya, dan kebebasan mempublikasikan keresahan dan keinginan dalam sebuah tulisan. Dia beranggapan bahwa di tahun 2025 atau 2040 keberadaan buku akan hilang dan keberadaan perpustakaan akan menjadi sepi. Ini kenapa sastra cyber menjadi pertimbangan apakah hal ini menjadi sebuah kemajuan atau kemunduran.

“Setelah adanya sastra cyber akan muncul apa lagi? Nah ini mungkin yang kita tunggu-tunggu mungkin entah itu 2025 atau 2040 mungkin nanti buku bisa saja ada potensi menjadi hilang, perpustakaan bisa saja menjadi sepi, ini yang mungkin jadi pertimbangan apakah ini menjadi sebuah kemajuan atau kemunduran,” pungkasnya.

Tasamsyah juga menjelaskan, dalam sastra cyber atau sasra elektonik ini mediumnya dalam bentuk aplikasi-aplikasi seperti Wattpad, Fanfiction, yang menjadi salah satu fenomena pada saat ini yang sedang kita alami yang dinamakan literature avant-garde. Di mana literatur avant-garde ini menolak praktis standar penulis lain dan mencari yang baru yang menarik, dan di sini inovasi sangat dibutuhkan.

“Sastra elektronik ini mediumnya dalam bentuk aplikasi-aplikasi seperti Wattpad, Fanfiction, nah ini jadi fenomena yang sedang kita alami, yang istilahnya dinamakan literature avant-garde. Jadi literature avant-garde ini menolak praktis standar penulis lain dan mencari yang baru yang menarik, nah di sini inovasi sangat dibutuhkan,” ujarnya.

 

ANBAR NURI ARTIKA

Calon Anggota Muda LPM ‘Jumpa’ Unpas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *