Prosesi penyerahan bendera dari Komandan Operasional (Sony Santosa) kepada Komandan Latihan (Habib Aulia), dalam acara penutupan Pendidikan Dasar Mapak Alam Universitas Pasundan ke-40 pada Sabtu, 10 Juli 2021, yang bertempat di Ruang Kemahasiswaan Unpas, Jalan Gajah Lumantung. (Dhiva Prastian Dwi Ramdani/JUMPAONLINE)

Unpas, Jumpaonline – Sekitar pukul delapan pagi, para panitia tengah melakukan briefing di Ruang Kemahasiswaan Universitas Pasundan (Unpas) yang bertempat di Jalan Gajah Lumantung. Mereka adalah Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (Mapak Alam) Unpas yang tengah disibukkan dengan persiapan penutupan Pendidikan Dasar Mapak Alam (PDMA) ke-40 secara virtual pada Sabtu, 10 Juli 2021.

Selama 39 kali melangsungkan PDMA, ini adalah yang pertama mereka menggelarnya secara virtual. Kegiatan yang biasanya dilaksanakan di alam terbuka selama 14 hari itu, tahun ini beralih lewat perantara Zoom Meeting dengan mengusung tema “Jujur, Loyal dan Bertanggung Jawab”.

Sebagaimana dikutip dari selayang pandang yang tersiar pada website mereka, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Unpas yang berdiri pada 28 Oktober 1979 di Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat itu bergerak atas dasar panggilan alam dan kesadaran akan perkembangan kehidupan.

Habib Aulia, Komandan Latihan, menjelaskan, bila pandemi tak ada, materi tentang keorganisasian, gunung, hutan, search and rescue, susur goa, panjat tebing, bahari, pertolongan pertama gawat darurat, dan lingkungan hidup, akan dipraktikkan kedua belas peserta yang saat ini bertahan dengan pergi ke alam terbuka.

“Dalam kondisi normal ada dua hari materi kelas terlebih dahulu, lalu kita ke lapangan selama dua belas hari mempraktikkan materi tersebut,” jelas Habib saat diwawancarai di akhir acara.

Maka, ketika dua belas orang yang menamai angkatannya Chatura Deepa itu bertahan hingga dinyatakan lulus, Habib sangat mengapresiasinya. Sebab, tuturnya, 14 hari berturut-turut menatap layar Zoom Meeting bukanlah persoalan mudah.

Namun hal itu membuatku bertanya, bagaimana para peserta bisa bertahan dalam pola interaksi virtual dengan waktu yang lama. Dijelaskan Rosdiana Setyaningrum selaku Center Director MS School & Wellbeing Center dalam laporan Kompas, banyak masyarakat Indonesia yang mengalami gejala Zoom fatigue, yakni suatu kondisi kelelahan fisik maupun mental yang disebabkan terlalu banyak mengikuti konferensi video.

Menanggapi itu, Habib menjelaskan, bahwa hal tersebut memang tak bisa dipungkiri. Ia menuturkan kelelahan yang sama juga akan terjadi dalam pendidikan di lapangan seperti biasanya. Mengibaratkan dirinya sebagai peserta, Habib sendiri merasa PDMA yang dilaksanakan secara online ini cukup berat, dan bukan tak mungkin mengalami kejenuhan. Tapi persoalan tersebut, ujarnya, justru membuat masing-masing individu menciptakan komitmen yang teguh.

“Dari awal kami telah menyusun kurikulum sejelas mungkin. Petunjuk teknis dan peraturan-peraturan pun sudah dibuat,” katanya.

Sementara itu, Sony Santosa, Komandan Operasional, menjelaskan, di alam terdapat bahaya subjektif, yakni bahaya dari individu itu sendiri, manajemen persiapan, maupun fisik. Sementara di sisi lain, bahaya objektif, tutur Sony, juga tak bisa dikendalikan. Misalnya, hujan, badai, longsor, dan lainnya. Pada PDMA, peserta ditekankan akan hal tersebut.

Dalam video dokumentasi PDMA ke-36 yang diputar di awal acara, Sony mengatakan, bahwa itu adalah upaya panitia memberikan gambaran PDMA di lapangan. Video tersebut menurut Sony dimaksudkan supaya peserta bisa mengeksplor kondisi lapangan.

“Nanti juga Anggota Muda akan ke alam. Kami memproyeksikan video itu supaya siswa-siswi bisa mengeksplor kegiatan di alam,” tambah Sony.

Sambil sesekali mengisap rokok, Sony juga bertutur, pelaksanaan kali ini dirancang tanpa menghilangkan nilai dan asas Mapak Alam. Masih menurut penuturan Sony, itulah mengapa pada awal acara panitia memutar video tersebut sebagai gambaran bagi peserta.

“Lalu yang video dies natalis ke-39 itu, tujuannya untuk menjelaskan Mapak Alam. Kita berdasarkan asas persaudaraan dan kekeluargaan. Dari angkatan pertama sampe angkatan ke-37 pun hadir di situ,” tutur Sony.

Penggalan lirik lagu “All The Time” milik The Sigit yang mengawali pemutaran video menjelaskan situasi itu, I wanna live forever/ whom you realize forever means together. Dari rekaman video tersebut Sony berharap, para peserta bisa mendapati nilai serta asas yag mendasari Mapak Alam.

“Meski pun daring, nilai-nilai itu tidak dihilangkan,” jelasnya.

Deden Ramdan, Wakil Rektor III Unpas, dalam sambutannya mengatakan, situasi pandemi mengingatkan pentingnya komitmen bagi unit organisasi di lingkungan Unpas. PDMA ke-40 secara virtual ini, ujar Deden, adalah wujud dari konsistensi Mapak Alam untuk tetap eksis. Ia berharap peserta yang dinyatakan lulus dapat menjaga spirit organisasi.

“Di tengah situasi tersebut, Mapak Alam berusaha tetap teguh bertanggung jawab melestarikan alam ini, bagian yang tak terpisahkan dari kita sebagai manusia dengan senantiasa menjaga bumi tetap lestari,” ucapnya melalui sambungan video konferensi tersebut.

 

ANGGA PERMANA SAPUTRA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *