Jatinangor, Jumpaonline – “Politik membutuhkan media dan begitupun sebaliknya,” ucap Yovantra Arief, peneliti Remotivi dalam diskusi ‘Derap Politainment di Tahun Politik” pada Kamis, 4 Oktober 2018 di Aula Moestopo Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran.
Adanya penyampaian berita politik yang dikemas dalam bentuk hiburan disebut Politic Entertainment (Politainment). Berita disajikan dengan mengangkat sisi lain dari tokoh, bahkan terkesan ‘receh’. Hal itu membawa dampak terhadap pandangan masyarakat tentang tokoh tersebut.
Yovantra mencontohkan, seorang pemilih bisa saja memilih kepala daerah atas apa yang ia lihat di media, bukan berdasarkan program kerja yang ditawarkan. Sehingga media diharapkan dapat bertindak profesional dalam memberitakaan sesuatu dan masyarakat sudah seharusnya memahami budaya politik rasional dan literasi media.
“Diperlukan keseimbangan antara media, politik, dan publik,” ujarnya
Senada dengan Yovantra, Abie Besman, Eksekutif produser KOMPAS TV mengatakan, politainment menjadi penghubung kepentingan publik dengan pemegang kekuasaan. Penting atau tidaknya polintainment bisa dilihat dari itikad baik atau buruk berita tersebut, dan dampaknya terhadap kepentingan publik.
Suci Wulandari Putri, Ketua Pelaksana mengatakan, kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa Unpad, tapi juga dihadiri oleh Perguruan Tinggi lain di Jawa Barat. Mahasiswa diharapkan mampu membedakan berita politik pada umumnya dan politainment.
DURROTUL ISTIQOMAH MARDHIYYAH