Bandung, Jumpaonline – Teater Lembayung Senja menampilkan drama musikal dengan judul “Putri yang Disihir” karya Rosyid E. Abby pada hari Jumat, 17 November 2017 di Gedung Rumentang Siang, Bandung. Pemilihan judul ini bertujuan agar penonton mengenal budaya sunda dan menjadi manusia yang tidak sombong.
“Cerita ini mempunyai unsur kebudayaan yang sangat kental yang berasal dari budaya sunda, ” ujar Muhammad Ryan Hidayat, sutradara dari teater Lembayung Senja.
Drama musikal “Putri yang Disihir” diangkat dari legenda Gunung Putri di Bogor yang menceritakan tentang sebuah negeri kecil makmur dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Ia memiliki seorang anak perempuan yang cantik diperankan oleh Dea. Banyak raja dan pangeran yang tertarik tetapi tak seorangpun yang mendapatkannya. Hingga akhirnya, ada pangeran sabrang yang diperankan oleh Azka, sakit hati dan menyihir sang putri. Lalu, pangeran sabrang juga terkena sihirnya sehingga tempat meninggalnya mereka kemudian disebut Gunung Putri.
Dea, pemeran Nyai Ratu dari teater Lembayung Senja mengatakan dalam cerita ini, pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton yaitu jangan menjadi manusia yang sombong. Ia juga menambahkan jika ingin mencapai sesuatu harus dilakukan dengan cara yang baik bukan dengan kelicikan.
Senada dengan Dea, Rola Eka Paula, siswa SMK Pasundan 1 yang menyaksikan teater tersebut mengatakan penampilannya menarik dan bagus juga disertai karakter yang mendidik. Hal yang bisa diambil dari drama yaitu jadi manusia jangan sombong dan jika ingin melakukan sesuatu harus dipikirkan secara logis.
Penampilan teater Lembayung Senja didukung oleh pemain yang semuanya berasal dari SMK Pasundan 1 dalam rangka perlombaan teater festival drama musikal VI. Persiapan pementasan dilakukan sekitar 3-4 minggu. Kedepannya, teater Lembayung Senja berharap bisa lebih dikenal lagi dan bisa memunculkan seniman baru khususnya dalam segi peran.
ASSYIFA AULIA SAFITRI | FIRDA FEBRIANTI
Calon Anggota Muda LPM Unpas